Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Bunga Bangkai Mekar di Sekolah Bekasi…

Kompas.com - 05/10/2019, 06:42 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Di kampungnya, suweg bukan tanaman langka. Banyak warga menanam suweg untuk kemudian dimasak umbinya yang "seperti talas".

Dia sama sekali tak tahu bila suweg bisa mekar melebar seperti bunga bangkai, apalagi butuh waktu setahun hingga berbunga.

"Makanya saya kaget juga ternyata bisa jadi kayak begini," tambah Nana.

Boleh jadi, bunga bangkai memang butuh waktu lama untuk mekar. Sebagai perbandingan, di Rumah Perubahan yang didirikan pakar ilmu manajemen Rhenald Kasali, bunga bangkai raksasa yang ditanam baru mekar sempurna pada minggu pertama Februari 2016, setelah 10 tahun disemai.

Upaya konservasi

Menerima laporan soal adanya bunga bangkai, Pemerintah Kota Bekasi datang pada Jumat (4/10/2019) mengurung bunga tersebut. Langkah ini dilakukan guna mencegahnya dari kerusakan.

"Sementara kami kerangkeng. Cuma kerangkengnya skala kecil, takut mengganggu tumbuh kembangnya," ujar Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup (LH) Dinas LH Kota Bekasi, Ricar Wadadang kepada wartawan, Jumat petang.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com, kerangkeng tersebut terbuat dari rangka besi hitam setinggi kurang lebih 60 centimeter. Petugas Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bekasi sempat menebang sebatang pohon kecil yang tumbuh dekat bunga bangkai itu.

Baca juga: Takut Mati, Bunga Bangkai di Sekolah Bekasi Tak Dipindahkan

Bunga ini disebut tak dapat dipindahkan ke tempat yang lebih layak, seperti di Hutan Kota Bekasi. Padahal, ada kemungkinan bunga langka ini tumbuh kian besar dan menguarkan bau busuk yang dapat mengganggu kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

"Setelah dipelajari, kalau dia dipindah, dia akan mati," kata Ricar.

"Kita juga penginnya dipindahkan. Tetapi, kayaknya kalau kita pindahkan akan mengambil risiko besar. Takutnya tidak bisa tumbuh lagi. Yang kita lihat sekarang saja sudah mulai layu," ungkap Ricky Suhendar, Lurah Kayuringin Jaya, Jumat.

Pemerintah pun berencana membaut taman khusus guna melindungi bunga bangkai tersebut. Selama menanti eksekusi rencana pembuatan taman, bunga bangkai itu akan dilindung secara berlapis, yakni dengan kerangkeng dan pagar bambu.

"Pemagaran dilakukan karena memang bunga ini langka dan dilindungi. Hal-hal yang kami khawatirkan tadi sudah kami sampaikan ke pihak sekolah. Khawatirnya memang adik-adik kami di sekolah karena masih kecil, tangannya usil atau apa. Kerangkeng ini kami dobel, zonasinya kita perluas. Takutnya anak-anak lalai dengan kerangkeng begini masih bisa masuk tangannya," ucap Ricar.

Di samping itu, ada pula wacana mengundang peneliti dari lembaga konservasi untuk menyelidiki lebih lanjut bunga bangkai yang diklaim pertama kali ditemukan di Kota Bekasi ini.

Hal ini terkait bagaimana cara pemeliharaan bunga bangkai itu agar tidak salah urus, sehingga dapat tumbuh optimal.

"Untuk konservasinya, nanti akan kami koordinasikan dengan lembaga konservasi terkait. Nanti hal-hal itu akan saya pelajari dan sampaikan ke sekolah juga, karena memang tumbuhnya bunga ini kan di area sekolah," tutup Ricar.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com