Bimbel gratis itu membuat para orangtua murid berinisiatif mengumpulkan dana untuk membayar Angga yang saat itu belum memiliki pekerjaan. Namun, bayaran itu ditolak mentah-mentah oleh Angga.
"Saya tolak bayaran itu, karena saya ini awalnya cuma ngumpulin anak-anak ngerjain PR. Wah saya diomelin keluarga anak, istri bapak saya semuanya. Dibilang sombong lah, sudah tahu enggak kerja punya anak istri tapi enggak mau terima bayaran," ujar Angga.
Caci makian itu tak membuat Angga patah semangat. Hingga pada akhirnya bimbel tersebut pun juga diketahui pihak Kelurahan Duri Pulo dan mendapat dukungan.
"Bimbel gratis dari saya diketahui Pak Lurah dan dimasukkan ke Musrenbang untuk dibantu fasilitasnya. Cuma enggak lolos karena bimbel saya ilegal," ujar Angga.
Hal itu tidak dipermasalahkan Angga, bimbel gratis yang digelarnya tetap berjalan normal. Namun, karena diketahui pihak kelurahan, di saat yang sama, pihak kelurahan membutuhkan tenaga yang bisa membuat website untuk publikasi kegiatan kelurahan.
Baca juga: Kisah Petugas PPSU Atasi Tawuran di Duri Pulo dan Diundang ke Seoul
Angga saat itu ditawari untuk mengisi tugas itu dan dia menerimanya.
"Saya diminta tolong sama Pak Lurah waktu itu untuk buat website untuk publikasi kegiatan kelurahan. Saya sebenarnya enggak bisa, orang saya lulusan SMP enggak ngerti begituan. Tapi saya bilang bisa dulu saja," ujar Angga.
Angga yang tidak bisa membuat website akhirnya belajar dari kerabatnya. Saat dirinya sudah bisa membuat website tersebut, pihak kelurahan memberikan upah atas kerjanya. Namun, Angga menolak upah tersebut.
Berulang kali Angga diminta untuk mengendalikan website tersebut, namun dirinya tetap tidak mau menerima upah dari pihak kelurahan.
"Saya sudah bisa bantu kelurahan saja sudah senang, saya tidak mau terima bayaran itu. Sampai akhirnya, Pak Lurah tawari saya kerjaan sebagai PHL (Petugas Harian Lepas) waktu itu belum ada PPSU. Kalau kerjaan saya mau dan saya saat itu kerja lah jadi petugas di kelurahan," ujar Angga.
Berkat kegiatan sosialnya yang berdampak positif pada lingkungan di Duri Pulo. Angga dikejutkan kabar bahwa dirinya ditunjuk untuk ikut seleksi peserta program Seoul Sister City 2019 yang diselenggarakan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) DKI Jakarta.
"Akhir September itu saya dihubungi buat seleksi, dua hari setelahnya langsung saya seleksi. Suruh paparin apa yang pernah saya lakukan dalam kegiatan kepemudaan. Alhamdulillah saya lolos seleksi, saya nomor 3 dari 15 orang yang lolos. Pesaing saya waktu seleksi itu orang kuliahan semua, saya cuma lulusan SMP sendiri," ujar Angga.
Awal November 2019 nanti, Angga beserta rombongan lainnya akan berangkat ke Seoul untuk bertukar pikiran dan pengalaman dengan pemuda dari negara lain. Nantinya, pengalamannya itu akan ditularkan dan dilaksanakan untuk kegiatan sosial yang melibatkan pemuda di DKI Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.