JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lama ini terungkap fakta bahwa warga DKI Jakarta masih merasakan sulitnya membuang hajat atau buang air besar (BAB) di permukiman padat penduduk yang berada di RT 015/ RW 007, Kelurahan Tanjung Duren Utara, Kecamatan Grogol Pertamburan, Jakarta Barat.
Nyatanya, masalah nyaris serupa juga terjadi di kawasan RT 07/RW07 Kelurahan Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat. Kawasan ini diketahui memiliki saluran pembuangan air yang buruk.
Kompas.com mencoba menelusuri keberadaan kampung yang berada di dekat kawasan wisata Kota Tua tersebut.
Baca juga: Di Jakarta, Masih Ada Warga yang Sulit BAB karena Tak Punya Jamban
Saat memasuki gang di kawasan Jalan Cengkeh, Kompas.com disambut gapura bekas perayaan 17 Agustus 2019. Gapura ini berkelir merah putih.
Selepas gapura mulai terdapat rumah padat penduduk berjejer rapat di kanan dan kiri gang. Bahkan, satu rumah dengan yang lainnya tidak ada jarak, langsung sambung menyambung. Hanya triplek yang menjadi penanda rumah satu dengan yang lain.
Jarak dari depan gapura sampai ujung gang kira-kira berjarak 400 meter saja. Namun, yang menjadi persoalan adalah di gang tersebut terdapat saluran air yang buruk. Bahkan air langsung mengalir ke Kali Besar.
Wujud gotnya pun kecil, lebarnya tidak sampai 30 centimeter, dengan kedalaman yang tidak mencapai 30 centimeter juga. Bau tak sedap tercium jelas bila air meluap dari got ke jalan di gang.
Ketua RT setempat, Subur mengatakan bahwa ratusan warganya sudah terbiasa hidup dengan kondisi ini selama bertahun-tahun dan selalu bekerja secara mandiri untuk menjaga saluran air supaya lancar.
"Kalau di sini terdapat 103 kepala keluarga (KK), dan untuk orang sebanyak 300-an jiwa. Got di sini kecil, itu ujungnya ketemu pinggir jalan, got sampai di pinggir jalan lalu ketemu kali, makanya tiap bulan kami kerja bakti sampai pinggir jalan," ucap Subur saat ditemui di lokasi, Selasa (8/10/2019).
Baca juga: Soal Limbah WC Dibuang ke Kali, DKI Siapkan Rp 166,2 M untuk Septic Tank Komunal
Kondisi ini akan terasa kian buruk saat musim penghujan tiba. Air limbah rumah tangga bisa saja balik dan meluap ke rumah warga karena got yang kecil tidak mampu menampung dan menyerap air.
"Di saat musim hujan balik semua airnya, bekas cucian, bekas nasi, karena memang sudah enggak bisa lagi nampung, kecil gotnya," tambah Subur.
Masih kata Subur, ia bersama warganya bahu membahu membuat biopori atau sumur resapan. Ukuran bioporinya pun kecil sekitar 30 cm x 20 cm, letaknya di depan rumah-rumah warga.
Hal ini berguna bila hujan turun, maka air tidak meluap hingga di depan rumah warga dan berakhir banjir.
"Biopori-biopori ini kami yang bikin nih. Kami ucek-ucek buat resapan. Kalau hujan kan banjir dan lama-lama turun kan diserap, tanahnya nyerap juga," ungkap Subur.
Di kawasan padat penduduk tersebut juga ada rumah dengan dua lantai. Ini juga salah satu siasat untuk mengantisipasi banjir.
Tidak hanya masalah saluran got saja, di sana juga terdapat 18 WC bersama yang sistem pembuangan limbahnya juga buruk.
Bahkan, beberapa WC, pembuangannya langsung disalurkan ke got, sebab WC tidak memiliki septic tank.
Baca juga: Sekian Lama Limbah WC Dibuang ke Kali, Besok Septic Tank Dipasang di Gang Sekretaris I
Beberapa juga ada yang ditanam langsung ke tanah, karena memang tidak cukup lagi ruang untuk septic tank.
Berbeda dengan permasalahan WC bersama di Tanjung Duren Utara. WC di tempat Subur ini bisa dibilang masih laik dan terlihat bersih.
Hanya saja sistem saluran pembuangannya yang buruk.
Subur pun sudah mengajukan beberapa kali rencana pembuatan saluran pembuangan dan septic tank bagi warganya ke Musrembang.
Namun, hingga kini belum ada bukti nyata terkait dengan pembuatan saluran air dan septic tank.
"Kami usulin ke Musrembang, saluran air dan saluran got aja dari ujung sini sampai ujung sana, udah begitu. Musrembang dari tiga tahun lalu, saya sudah dua periode, enam tahun. Saluran ini aja sih yang diminta," kata Subur.
Subur berharap, bila permasalahan ini segera terselesaikan dengan adanya langkah nyata dari pemerintah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.