JAKARTA, KOMPAS.com - Kurang lebih sudah tiga tahun delapan bulan sejak Kampung Akuarium, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara digusur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang kala itu dipimpin oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada 11 April 2016
Ratusan warga terdampak akibat penggusuran yang dilakukan Ahok kala itu.
Rencana awalnya penataan kawasan itu disesuaikan dengan rencana induk penataan kawasan Kota Tua yang diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2014. Kampung Akuarium akan terintegrasi dengan Museum Bahari dan Masjid Luar Batang.
Namun, penemuan cagar budaya di sana membuat eksekusi penataan kawasan menjadi lama.
Baca juga: Tahun Depan, Anies Bangun Kembali Kampung Akuarium yang Digusur Ahok
Kampung yang sudah rata dengan tanah itu dibiarkan begitu saja. ujung-ujungnya warga lama Kampung Akuarium datang membangun bedeng dan tenda di lahan kosong itu.
Salah satu warga yang tinggal di bedeng itu adalah adalah Dharma Diani.
"Setelah digusur jelas nge-drop tinggal di bedeng," kata Dharma saat ditemui wartawan di Kampung Akuarium, Rabu (9/10/2019).
Dharma menceritakan bahwa saat itu ia dan warga-warga lainnya harus berjuang hidup tanpa aliran air bersih, sanitasi, dan listrik.
Padahal, sebelum digusur, hidup Dharma sangat berkecukupan. Ia memiliki sebuah rumah tinggal bertingkat. Lantai dasar rumahnya ia jadikan sebagai warung tempat menjual sembako, gas dan lain-lain.
Ia juga memiliki beberapa kontrakan untuk disewakan kepada warga yang ingin mengontrak di perkampungan pinggir laut tersebut.
Dharma kemudian menceritakan bagaimana stres dan depresinya warga hidup di bawah tenda dan bedeng. Belum lagi banyak di antara mereka yang harus kehilangan pekerjaan.
"Jadi banyak yang tekena penyakit darah tinggi, TBC, apa segala macam. Dokter bilang ya itu karena stres," ucapnya.
Baca juga: Riwayat Kampung Akuarium, Digusur Ahok, Kini Akan Dibangun Ulang Anies
Bahkan, kata Dharma, sempat ada warga Kampung Akuarium yang meninggal akibat sakit selama tinggal di bedeng dan tenda.
Kondisi itu berubah ketika Anies Baswedan menjabat sebagai Gubernur DKI. Ia membangun 90 selter dari Januari dan siap ditempati pada Maret 2018.
Selter memiliki luas 3,5x 6,5 meter persegi dan dibangun berbahan dasar tripleks pada bagian dinding, sedangkan tiang dan atap rumah menggunakan baja ringan. Langit-langit rumah dilapisi dengan bahan penyerap panas.