Namun, sesampainya di sana, ia tak menemui anaknya. Polisi justru mengarahkan Rosminah ke Polres Jakarta Barat.
Benar saja, nama Akbar tertera dalam daftar orang-orang yang diamankan polisi. Namun anehnya, saat itu Rosminah tak diizinkan bertemu sang putra.
Polisi pun tak menjelaskan secara lugas apakah benar Akbar diamankan di Polres Jakarta Barat.
Setiap kali bertanya kepada petugas, Rosminah tak mendapatkan penjelasan pasti. Ia hanya diminta untuk kembali datang pada hari berikutnya, namun tanpa kepastian.
Meski tak dapat menemui Akbar, Rosminah menitipkan makanan kepada petugas. Ia berharap sang putra tak kelaparan di kantor polisi.
Setelah pulang ke rumah, Rosminah terkejut karena mendapat pesan berantai bahwa Akbar tengah dirawat di Rumah Sakit Pelni.
Ia sempat heran kenapa nama anaknya ada di Polres Jakarta Barat, tetapi tiba-tiba dikabarkan tengah dirawat di Rumah Sakit Pelni.
Tanpa berpikir panjang, Rosminah langsung menuju ke Rumah Sakit Pelni. Namun sesampainya di Rumah Sakit Pelni, Rosminah mendapatkan informasi Akbar telah dipindah di Rumah Sakit Polri di Jakarta Timur.
Benar saja, Rosminah menemui Akbar di sana. Namun kondisinya koma.
"Saya langsung cium, peluk anak saya. Karena tidak kuat lihat anak saya yang keadaannya kayak orang penyakit tumor kepalanya besar semua gitu, akhirnya saya sempat pingsan," kata Rosminah.
Rosminah menyebutkan, Akbar yang kala itu terbaring pun sempat meneteskan air mata saat dalam pelukannya. Meski matanya tertutup, air mata Akbar mengalir membasahi pipi Rosminah.
Dalam kondisi koma, tepatnya pada tanggal 26 September 2019, polisi menetapkan Akbar sebagai tersangka kerusuhan di sekitar gedung DPR.
Baca juga: Polisi Sebut Akbar Alamsyah Berstatus Tersangka karena Lempari Petugas dan Rusak Fasilitas Umum
"Kami dapat surat dari Polres Jakbar Akbar itu tersangka. Dari dugaan perusakan, penghasut, provokasi," ujar Fitri Rahmayani, kakak Akbar saat ditemui usai prosesi pemakaman Akbar di makam tanah wakaf, Cipulir, Jakarta Selatan, Jumat.
Menurut Fitri, surat itu dikirim ke rumah neneknya di kawasan Kebayoran Lama pada 30 September.
Keluarga kaget menerima surat tersebut. Pasalnya, surat tersebut diterima ketika keluarga sudah mendapati kondisi Akbar dalam keadaan luka parah di rumah sakit.
Padahal nenurutnya, Akbar tidak pernah punya keinginan untuk memprovokasi kerusuhan.
Fitri menegaskan, adiknya hanya ingin menonton peristiwa demonstrasi saat itu.
Hingga kini belum ada pihak yang dapat menjelaskan kejanggalan-kejanggalan itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.