Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernyataan Polisi soal Akbar Alamsyah Kerap Berubah, Ini 3 Buktinya...

Kompas.com - 12/10/2019, 10:51 WIB
Cynthia Lova,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Akbar Alamsyah (19), korban demonstrasi di kawasan DPR, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu kini meninggal dunia.

Akbar adalah salah satu orang yang berada di sekitar Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, saat kerusuhan pecah.

Ia meninggal dunia pada Jumat (10/10/2019). Sebelumnya, Akbar sempat dinyatakan koma setelah operasi di bagian tempurung kepalanya.

Belakangan ini penyebab koma maupun meninggalnya Akbar masih menyisakan teka-teki tersendiri.

Polisi juga mengungkapkan pernyataan yang berbeda-beda tentang kasus yang menimpa Akbar. Berikut Kompas.com rangkum pernyataan yang berbeda tersebut.

1. Mabes Polri bilang Akbar jatuh dari pagar DPR

Awalnya, Mabes Polri mengklaim, Akbar Alamsyah bukan korban kekerasan polisi. Tetapi, Akbar terluka akibat jatuh saat menghindari kerusuhan massa.

"Sementara, dugaannya bahwa yang bersangkutan luka bukan akibat kekerasan," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes (Pol) Asep Adi Saputra di Hotel Amaroossa Cosmo, Jakarta Selatan.

Kesimpulan sementara tersebut didasarkan pada pemeriksaan saksi-saksi di tempat pemuda malang itu ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri, tepatnya di depan pagar gedung wakil rakyat, Senayan.

Baca juga: Kronologi Keluarga Vs Polisi, dari Penemuan Akbar Alamsyah hingga Dinyatakan Meninggal Dunia

Kepada polisi, saksi menerangkan bahwa Akbar awalnya melompati pagar depan Gedung DPR/MPR untuk menghindari kerusuhan dengan aparat.

Sejak saat itu, Akbar tidak diketahui lagi keberadaannya karena situasi sudah tidak terkendali. Polisi menduga, Akbar terluka akibat jatuh saat melompati pagar.

"Penyelidikan terhadap korban, Akbar sudah ditemukan saksi di TKP bahwa saat yang bersangkutan sedang berupaya untuk menghidari aksi kerusuhan itu, melompati pagar di depan Gedung DPR," ujar Asep.

Namun, nyatanya justru ibunda Akbar, Rosminah berkata lain. Rosminah mengatakan, Akbar saat itu bukan berada di DPR, melainkan berada di Flyover Slipi.

Baca juga: Menangis Histeris di Pemakaman, Ibunda Akbar Alamsyah: Anak Saya Disiksa...

"Bahkan motornya saja ketemu itu ada di Jalan dekat Alfamart kawasan Slipi dalam posisi sudah rusak. Mana mungkin tiba-tiba ke DPR," ucap Rosminah di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (9/10/2019).

Menurut dia, kalau memang terjatuh dari pagar DPR, wajah Akbar seharusnya tidak lebam seperti saat ini. Bahkan, saat itu kepala Akbar membesar saat ditemuinya seperti dipukuli.

"Di badan tidak ada lebam, hanya di kepala sama wajah. Kuping juga, terus mata, tidak mungkin jatuh. Kalau jatuh otomatis kepala saja (yang terluka), wajah harusnya aman kalau jatuhnya ke belakang," kata dia.

 

2. Polda bilang Akbar ditemukan tergeletak di Slipi

Beda dari keterangan Mabes Polri sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono mengungkapkan Akbar ditemukan tergeletak di trotoar di kawasan Slipi, Jakarta Barat oleh petugas Kepolisian pada 26 September 2019 sekitar pukul 01.30 dini hari.

Ia mengatakan, saat ditemukan, kondisi Akbar dalam keadaan terluka.

"Jam 01.30 (26 September) ada anggota (bernama) AKP Rango yang bertugas di (Polres) Jakarta Barat menemukan seorang laki-laki (Akbar Alamsyah) tergeletak di trotoar," kata Argo.

Selanjutnya, petugas membawa Akbar ke Polres Jakarta Barat untuk mendapatkan pertolongan medis.

Baca juga: 6 Fakta Baru Kematian Akbar Alamsyah, Kata Polisi Ditemukan Tergeletak tapi Jadi Tersangka

"Urkes (Urusan Kesehatan) Polres Jakarta Barat memberikan pertolongan kepada laki-laki yang diketahui bernama Akbar Alamsyah. Kami lakukan perawatan, kami obati," ujar Argo.

Polisi kemudian merujuk Akbar ke Rumah Sakit Pelni, Petamburan, Jakarta Pusat pukul 07.55 WIB karena peralatan medis yang kurang memadai di Polres Jakarta Barat.

Keesokan harinya, Akbar dirujuk ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

"(Akbar dirawat) sekitar tiga hari, kemudian pada tanggal 30 September (Akbar) dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat untuk dirawat," ujar Argo.

Namun, pada tanggal 10 Oktober 2019, Akbar dinyatakan meninggal dunia oleh tim dokter RSPAD.

Argo mengaku belum mendapatkan informasi dari pihak dokter terkait penyebab kematian korban. Dia hanya mengungkapkan, Akbar menderita luka pada bagian kepala.

Ibunda Akbar Alamsyah, Rosminah, menangis histeris saat menghadiri pemakaman anaknya di makam tanah wakaf Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat (11/10/2019). Akbar merupakan peserta unjuk rasa di yang berakhir ricuh di DPR pada 25 September lalu. Akbar Alamsyah meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Kamis (10/10/2019) kemarin sekitar pukul 17.00 karena mengalami retak pada tempurung kepala.KOMPAS.com/WALDA MARISON Ibunda Akbar Alamsyah, Rosminah, menangis histeris saat menghadiri pemakaman anaknya di makam tanah wakaf Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat (11/10/2019). Akbar merupakan peserta unjuk rasa di yang berakhir ricuh di DPR pada 25 September lalu. Akbar Alamsyah meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Kamis (10/10/2019) kemarin sekitar pukul 17.00 karena mengalami retak pada tempurung kepala.

3. Dibilang menjauhi kerusuhan, tapi jadi tersangka

Hal berbeda diungkapkan lagi oleh polisi terkait kasus Akbar. 

Pada saat Akbar dalam kondisi koma di ICU, keluarga dikagetkan dengan surat penetapan tersangka yang dikirimkan polisi. Di dalam surat itu, Akbar ditetapkan sebagai tersangka sejak 26 September. 

Padahal sebelumnya, polisi menyatakan Akbar menghindar dari kerusuhan dan melompat pagar DPR. Bahkan, polisi sebut Akbar ditemukan sudah tergeletak di trotoar Slipi.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengatakan, Akbar ditetapkan sebagai tersangka kerusuhan saat aksi unjuk rasa di Kompleks Parlemen Senayan pada 25 September 2019 lalu.

Baca juga: Kontras: Polri Tidak Transparan Ungkap Kasus Akbar Alamsyah, Pernyataan Berubah-ubah

Berdasarkan keterangan saksi, Akbar ikut terlibat dalam penyerangan terhadap petugas dengan melempari dengan batu, botol plastik, dan bom molotov. Akbar juga turut merusak fasilitas publik saat aksi unjuk rasa.

"Perusuh yang kami tangkap, kami lakukan pemeriksaan, dan tentunya ada saksi yang diperiksa juga. (Ada saksi) yang menyatakan yang bersangkutan (Akbar Alamsyah) ikut melempari petugas, merusak (fasilitas umum)," ungkap Argo.

Polisi tak mau merespons apapun terkait perbedaan keterangan yang terus berubah soal kronologi dan sebab kematian Akbar yang janggal saat ditanya wartawan.

Informasi dari polisi ini ditepis oleh keluarga Akbar. Berdasarkan cerita teman Akbar yang saat itu di lokasi, Rosminah, ibunda Akbar menyatakan, Akbar datang ke kawasan DPR hanya untuk menonton demo.

Baca juga: Polisi: Akbar Alamsyah Ditemukan di Trotoar dalam Keadaan Terluka hingga Dirawat di RSPAD Gatot Soebroto

Ia dan dua teman lainnya sedang duduk-duduk bersama di kawasan Slipi, Jakarta Barat.

Namun, tiba-tiba saja ketiganya dikejar oleh polisi dari belakang. Salah satu temannya ada yang lari menuju masjid kawasan Slipi.

“Sementara teman Akbar yang satu lagi sempat diinjek dan dipukul polisi. Nah Akbar sejak itu mulai menghilang tak kelihatan oleh temannya lagi,” ucap Rosminah.

Bahkan saat keluarga mencari Akbar di di Polres Jakarta Barat hanya nama yang didapatkannya. Polisi tak mengungkapkan hal secara terbuka tentang keadaan bahkan status anaknya.

Baca juga: Sejumlah Kejanggalan di Balik Tewasnya Akbar Alamsyah, Korban Kerusuhan di Depan DPR

Saat itu, ia tahu anaknya berada di rumah sakit bukan dari pihak kepolisian, melainkan dari pesan berantai.

Bahkan, saat bertemu dengannya anaknya kala itu sempat tak dikenalinya karena keadaannya mengenaskan.

“Kepalanya membesar, wajahnya lebam, bibirnya, kuping pun lebam. Tapi tak ada goresan di tubuh seperti dipukuli,” ucapnya.

Fitri Rahmayani, kakak Akbar mengatakan, Akbar ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi pada 26 September 2019.

"Kita dapat surat dari Polres Jakbar Akbar itu tersangka. Dari dugaan pengerusakan, penghasut, provokasi," ujar Fitri.

Keluarga kaget menerima surat tersebut. Pasalnya, surat tersebut diterima ketika keluarga sudah mendapati kondisi Akbar dalam keadaan luka parah di rumah sakit.

"Kagetlah, keadaan koma dijadiin tersangka," kata dia.

Sejak saat itu, polisi tidak pernah menghubungi keluarga korban terkait status tersangka Akbar. Namun, Fitri enggan menujukan surat penetapan tersangka tersebut dengan alasan tertentu.

"Untuk surat, mohon maaf, kami tidak bisa tunjukkan," ucap dia.

*****

Kini, kematian Akbar masih menyimpan teka-teki yang mengusik. Akankah polisi berani terbuka akan penyebab kematian pemuda malang ini?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Megapolitan
Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Megapolitan
Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Megapolitan
Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Megapolitan
Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Megapolitan
Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Megapolitan
Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Megapolitan
Alasan Warga Masih 'Numpang' KTP DKI: Saya Lebih Pilih Pendidikan Anak di Jakarta

Alasan Warga Masih "Numpang" KTP DKI: Saya Lebih Pilih Pendidikan Anak di Jakarta

Megapolitan
Usai Videonya Viral, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Buang Pelat Palsu TNI ke Sungai di Lembang

Usai Videonya Viral, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Buang Pelat Palsu TNI ke Sungai di Lembang

Megapolitan
NIK-nya Dinonaktifkan karena Tak Lagi Berdomisili di Ibu Kota, Warga: Saya Enggak Tahu Ada Informasi Ini

NIK-nya Dinonaktifkan karena Tak Lagi Berdomisili di Ibu Kota, Warga: Saya Enggak Tahu Ada Informasi Ini

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com