Alasan pengusuran karena kampung itu tidak sesuai peruntukan ruang kota sekaligus untuk revitalisasi cagar budaya. Pemerintah DKI mengklaim warga di Kampung Akuarium berada di atas lahan yang berstatus milik PD Pasar Jaya.
"Sampai sekarang kami tidak tahu alasan kenapa digusur," kata Topas.
Topas mengisahkan penggusuran dilakukan Pemprov DKI jakarta kala itu, tanpa dilakukan sosialisasi.
Warga kampung juga mempertanyakan proses penggusuran, karena mereka memiliki akte jual beli dari pemerintah setempat.
"Sertifikat hak milik tidak ada, tetapi kami memiliki pajak bumi bangunan, rekening air dan listrik resmi, serta kami juga membayar pajak," jelas Topas.
Laman Oseanografi LIPI mencatat sejarah Kampung Akuarurium berawal dari 10 Januari 1898. Dimana kala itu, Dr. J. C. Koningsberger diangkat menjadi kepala laboratorium Zoologi Pertanian bagian dari Kebun Raya Bogor milik pemerintah kolonial Hindia-Belanda.
Koningsberger mempunyai perhatian yang sangat luas, tidak saja pada fauna darat tetapi juga pada fauna laut. Penelitian tentang fauna laut kala itu sama sekali belum terjamah.
Koningsberger menemukan lokasi tepat dan cocok untuk mendirikan laboratorium di Teluk Jakarta pada September 1904.
Baca juga: Riwayat Kampung Akuarium, Digusur Ahok, Kini Akan Dibangun Ulang Anies
Sebidang tanah itu terletak persis di sebelah utara Pasar Ikan, bagian paling selatan Oude Haven Kanal sekarang Pelabuhan Sunda Kelapa dan merupakan muara Sungai Ciliwung.
Pembangunan laboratorium di kawasan Pasar Ikan itu pun dimulai tahun 1904 dan selesai pada Desember 1905. Laboratorium yang dibangun itu merupakan gedung semi-permanen disebut Visscherij Laboratorium te Batvia atau Laboratorium Perikanan di Batavia.
Dalam perkembanganya laboratorium itu lebih dikenal Visscherij Station te Batavia atau Stasiun Perikanan Batavia.
Perkembangan selanjutnya di tahun 1922, dimulainya pembangunan laboratorium baru yang lebih permanen. Di samping gedung laboratorium dibangun pula gedung akuarium air laut yang besar.
Akuarium itu dibuka untuk masyarakat umum pada tanggal 12 Desember 1923, sebagai akuarium pertama di Indonesia dan di kawasan Asia Tenggara.
Hingga tahun 1960-an, lokasi itu dikenal sebagai Akuarium Pasar Ikan menjadi tujuan wisata yang yang terkenal di Jakarta. Para pengunjung selalu membludak pada hari libur dan lebaran.
Akuarium itu juga diabadikan dalam lagu berjudul Ke Pasar Ikan ciptaan AT Mahmud. Lagu anak-anak itu sangat populer saat itu dengan lirik:
Hari Minggu, Hari Minggu, ke Pasar Ikan
Dengan Ibu, dengan Ayah, beserta Paman
Kulihat ikan, di dalam kolam
Berbisik-bisik, memberi salam
Pada pertengahan tahun 1970-an Pemerintah DKI Jakarta menutup kawasan dan akuarium di Pasar Ikan, dikarenakan rencana pengembangan perluasan kawasan Museum Bahari.
Laboratorium kelautan lalu dipindahkan ke kawasan Ancol yang saat ini menjadi Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Saat itu pembangunan di Pasar Ikan tidak jelas dan dan terkatung-katung, hingga seluruh kawasan bekas Akuarim itu kemudian diduduki oleh penduduk dan berkembang menjadi kampung dengan penghunian liar yang dikenal sebagai Kampung Akuarium.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.