Dengan pekerjaan penuh risiko seperti itu, upah mereka juga terbilang tak seberapa. Jaelani menyebutkan setiap besi kapal yang mereka potong dihargai hanya Rp 150 per kilogram.
Agar digaji oleh perusahaan yang mempekerjakan mereka, minimal satu orang harus memotong dua ton besi kapal tua tersebut.
"Kotornya sehari dapat Rp 150.000, itu belum buat beli makan, kopi, rokok," tutur Jaelani.
Biasanya, para tukang mutilasi kapal ini bisa mendapat uang lebih apabila mendapat proyek membongkar kapal di luar Pulau Jawa.
Jaelani memaparkan, proyek-proyek luar Pulau Jawa biasanya menawarkan pekerjaan dengan upah per hari. Jumlahnya pun lebih besar dari yang biasa didapatkan di Jakarta. Upah yang mereka dapatkan sekitar Rp 250.000 per hari.
Selain itu, para pekerja juga difasilitasi ongkos pulang pergi, penginapan, hingga makan satu kali sehari.
Tawaran luar pulau itu sering diambil Jaelani ketika masih belum berkeluarga. Sekarang ia lebih memilih memutilasi kapal-kapal tua di Jakarta dengan alasan waktu pemotongan yang lebih singkat agar lebih sering berkumpul dengan keluarga kecil di Jawa Timur.
Bagi Jaelani, berjauhan dengan keluarga lebih berat rasanya dibanding memutilasi kapal ribuan ton tersebut. Namun, bagi dirinya, membongkar kapal merupakan sebuah perjuangan halal untuk menghidupi istri dan tiga anak asal Lampung ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.