"Namanya rezeki beda-beda ya. Pernah Rp 50 ribu saja tapi rata-rata Rp 250 ribu sampai 350 ribu," ucap Muzamil
Sehari-hari ia berdagang di sekitar Plaza Atrium, Senen.
"Apalagi sekarang sudah banyak pedagangnya, jadi berbagi penghasilan," lanjut dia.
Untungnya, Muzamil tak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk tempat tinggal. Mereka diberi tempat tinggal oleh agen kopi. Ia hanya perlu menambah ongkos listrik setiap bulannya.
Berdagang di Jakarta bukan tanpa kendala bagi Muzamil. Hal yang paling sering ia hadapi adalah harus kucing-kucingan dengan Satpol PP.
Menurut dia, tak ada aturan yang melarang ia berdagang minuman keliling.
"Lagian saya bukan jualan di trotoar, kadang-kadang sudah sembunyi-sembunyi juga, keliling sana-sini," kisahnya.
Selama itu pula tercatat ia pernah dua kali ditangkap Satpol PP karena dinilai berdagang sembarangan.
"Pernah dua kali, Mbak, ditahan sebentar, terus dikasih surat peringatan. Saya agak bingung sih," lanjut Muzamil.
Namun Muzamil tak kapok, ia terus menjajakan dagangannya.
"Nanti siang ada demo Mas dari mahasiswa, di depan Istana, enggak jualan di sana?" tanya saya.
"Wah pasti jualan dong. Itu justru paling kami tunggu," kata pedagang lainnya, Sulaiman. .
Menurut Sulaiman, para pedagang Starling paling semangat jika berdagang di tengah massa demonstran.
Bukan apa-apa, tetapi hal tersebut menjadi lahan basah bagi mereka.
Sulaiman hampir selalu berdagang saat demonstrasi besar seperti demo 212, demo 21 dan 22 Mei 2019 di Bawaslu, serta demo mahasiswa pada 23 hingga 24 Mei 2019.