Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Nama Kampung Apung, Berawal dari Kekompakan Warga Hadapi Musibah...

Kompas.com - 18/10/2019, 06:57 WIB
Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com -Kampung Teko sudah berubah nama menjadi Kampung Apung sejak 2009.

Ketua RT010/RW015 Rudi Suwandi mengatakan nama Kampung Apung mulai digunakan sejak banyak masyarakat yang datang ke kampung tersebut.

"Waktu itu ada LSM bantu, lalu ada juga mahasiswa dari berbagai universitas media juga sempat ke sini. Ya dari omongan satu ke yang lain bilang ini Kampung Apung ya sudah, booming pada 2009 sampai 2012," ucap Rudi saat ditemui di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (17/10/2019) malam.

Rudi mencoba mengingat dan menceritakan masa-masa saat awal mula pemberian nama Kampung Apung.

Bermula dari sikap gotong royong warga untuk membenahi kampung mereka yang sudah terendam.

Baca juga: Warga Kampung Apung Berharap Ditengok Anies

Warga melakukan segala cara agar air yang merendam kampungnya tidak meluas bahkan sampai bertambah volumenya agar masyarakat di Kampung Apung tetap bisa beraktivitas normal meski terendam banjir.

Salah satu cara warga adalah membangun jembatan kayu yang menghubungkan rumah warga dengan Jalan Kapuk Raya.

Namun, jembatan kayu tersebut tidak kuat menampung debit air yang tiap bulan bertambah.

Ditambah lagi bila hujan tiba jembatan kayu menjadi rapuh dan lama-kelamaan tidak bisa dilalui warga.

"Kita berupaya setiap minggu kumpulin dana untuk membuat jembatan dicor dengan beton, ya kumpulin Rp 1.000, Rp 2.000 bisa dibeton. Ini konsep warga, di mana kita kena musibah tapi bisa terima," ucap Rudi.

Baca juga: Selain Rumah Warga, Makam Juga Terendam Air Selama Bertahun-tahun di Kampung Apung

Dari gotong royong yang ditunjukkan warga, LSM Nurani Dunia melihat dan memiliki niat untuk membantu melalui berbagai program.

Dibuatlah program budidaya ikan lele di kolam-kolam yang berada di samping kiri dan kanan rumah warga.

"Ini terjadinya bikin kolam-kolam ikan dibersihin air sampai ratusan kolamnya. Mulai ramai kampung kita dikunjungin media, universitas pertama tamu datang lama-lama orang nyebut Kampung Apung itu mulanya dari LSM, kita sepakat kita bikin Komunitas Kampung Apung. Masyarakat jadi terbiasa menyebut," kata Rudi.

Mulai dari situ, banyak masyarakat yang datang menjadi terbiasa dengan istilah Kampung Apung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com