"Tapi saya kira, tujuan itu untuk tidak aksi pada hari ini atau sampai 20 Oktober 2019," tuturnya.
Menurut Abdul Basit, upaya larangan tersebut bukan hanya terjadi pada kampus UNJ, melainkan juga terjadi pada mahasiswa di universitas lainnya.
"Kampus lain juga sama. Kami ingin menegaskan bahwa mereka banyak yang menawarkan juga, kalau bisa aksinya dialihkan di kampus," katanya.
Hal yang sama turut dialami oleh Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Syarif Hidayatullah, Sultan Rivandi.
Pascaaksi mahasiswa yang terjadi di Gedung Parlemen, Senayan, beberapa waktu lalu yang berujung kerusuhan, dia banyak didatangi orang tak dikenal.
Baca juga: Aksi Mahasiswa Tuntut Perppu KPK, Hanya 2,5 Jam dan Tak Bisa Sampai ke Depan Istana
Sultan mengaku sempat diancam hingga ditawari sejumlah uang untuk tidak menggelar unjuk rasa.
"Secara pribadi dan mungkin secara umum mahasiswa merasa upaya penggembosan itu ada. Memang nyata. Saya rasakan juga secara pribadi. Ya ancaman dan ada mungkin tawaran (uang) serta godaan," katanya.
Namun, sebagai pemimpin dari mahasiswa lainnya, Sultan mengaku secara tegas menolak tawaran tersebut.
"Saya katakan dengan tegas bahwa idealisme tidak akan pernah terbeli, mental perjuangan menegakkan kebenaran tidak pernah tergadaikan dan itulah otentifikasi mahasiswa yang sebenarnya," tegasnya.
Sultan mengaku meski sempat adanya kekhawatiran, namun rasa itu berhasil dikalahkan dengan semangat mahasiswa untuk terus ingin menegakkan keadilan.
"Namun ke kekhawatiran saya dan kami terkondisikan karena mereka yang mau terus berjuang. Pada akhirnya kekhawatiran itu ditimbun oleh semangat," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.