JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah peristiwa terjadi sepanjang pekan ini di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Peristiwa hukum seperti penyebaran video penggal Jokowi hingga kisah pilu seorang bocah 2 tahun yang dianiaya pengasuhnya menjadi isu yang paling banyak dibaca pada 13-19 Oktober 2019.
Berikut ringkasan lima berita terpopuler di Megapolitan Kompas.com selama sepekan.
Ina Yuniarti, perempuan penyebar video viral berisi ancaman pembunuhan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi), divonis bebas majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Ina langsung sujud syukur hingga memeluk anak-anak yang selama ini mendampinginya selama proses persidangan.
Usai persidangan, Ina mengungkap hanya anak-anaknya lah yang setia mendampinginya. Relawan Prabowo-Sandiaga ini mengaku tak pernah dikunjungi teman-temannya selama relawan.
“Tidak ada yang kunjungi saya, hanya anak saya yang selalu hadir bersama saya,” ucap Ina di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (14/10/2019).
Baca berita selengkapnya di sini.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan anggapan sejumlah warganet yang menyebut dia sebagai gubernur rasa presiden.
Seorang wartawan mulanya bertanya, "Bagaimana tanggapan Bapak soal masyarakat yang menganggap Bapak gubernur rasa presiden?"
Anies menjawab bahwa saat ini dia sedang fokus mengurus Jakarta. Dia menyatakan, istilah gubernur rasa presiden bukan berasal dari pihaknya.
"Istilah-istilah dan lain-lain, itu bukan dari kita. Kita fokusnya pada Jakarta," ujar Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan.
Anies menuturkan, fokus pekerjaannya sejak menjabat sebagai gubernur hingga kini tidak berubah. Dia menyatakan bekerja untuk Jakarta.
"Saya mengerjakan Jakarta dan terus mengerjakan Jakarta. Fokusnya di situ. Dari dulu juga saya sampaikan fokus di situ," kata Anies.
Baca berita selengkapnya di sini.
Polisi mendapati rekening bank milik pelaku penggelapan 62 unit mobil, Djeni Herilewie, dalam keadaan kosong.
Padahal, dari hasil kejahatannya, Djeni ditaksir meraup uang sebesar Rp 2,5 miliar.
Kanit III Ranmor Polres Metro Jakarta Timur Iptu Wahyudi mengatakan, saat menangkap Djeni di daerah Cipinang, Jakarta Timur, pertengahan September 2019, lalu, Djeni mengaku tidak menyimpan uang tunai maupun di dalam rekening banknya.
"Saat ditangkap tidak ada uang di rekeningnya. Dia itu enggak ada uang, makannya ini akan kita dalami kemana uang dia itu," kata Wahyudi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/10/2019).
Baca juga: Ulah Djeni Si Penggelap Mobil, Bikin Repot Keluarga hingga Jadi Target Kemarahan Para Korban
Wahyudi menjelaskan, pihaknya tengah kembali memeriksa Djeni guna mengetahui keberadaan aliran uang yang dihasilkan Djeni dari menggelapkan 62 unit mobil sewaan itu.
"Kita mau coba tracking (penelusuran) asetnya, apakah uang itu dijadikan aset, ini kita mau coba tracking," ujar Wahyudi.
Baca berita selengkapnya di sini.
Bus merek China, Zhong Tong, kembali beroperasi sebagai bus Transjakarta. Padahal, di era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), bus itu dikandangkan karena bermasalah.
Pada masa itu, bus Transjakarta merek Zhong Tong sering kali terbakar dan mogok.
Apa kata Ahok soal ini?
Dihubungi Kompas.com, Ahok bergarap berharap bus Transjakarta merek Zhong Tong dioperasikan untuk kepentingan banyak orang.
Dia juga berharap keselamatan penumpang menjadi perhatian utama. Sebab, bus Zhong Tong yang beroperasi pada era Ahok sering terbakar dan mogok.
Baca juga: Bus Zhong Tong dan Keyakinan Kembali Mengaspal di Jakarta...
"Asal bukan untuk kepentingan diri dan kelompok saja dalam memutuskan sesuatu, tetapi untuk kepentingan dan keselamatan orang banyak," ujar Ahok kepada Kompas.com, Rabu (16/10/2019).
Ahok mengibaratkan pengoperasian bus merek Zhong Tong dengan istilah kuno di luar negeri.
Dalam istilah itu, kata Ahok, orang yang miskin harus membeli barang terbaik agar bisa dipakai seumur hidup.
"Kalau kaya, enggak masalah, tinggal beli lagi ganti ganti. Kalau dasarnya untuk kenyamanan, keamanan, serta penghematan jangka panjang, masing-masing pikirannya beda," kata dia.
Baca selengkapnya di sini.
Bocah 2 tahun bernama YM mengalami luka lebam di sekujur tubuhnya. Kepalanya bahkan tampak luka memar dan benjol di sana-sini karena dianiaya pengasuhnya, TN (19).
Orang tua YM yang keduanya bekerja itu sebenarnya sempat curiga ketika YM dan kakaknya tidur dua malam dengan sang pengasuh.
Biasanya, ketika orang tua YM pulang kerja, mereka akan menggendong kedua anaknya dari kamar TN. Kedua anak itu kemudian tidur di kamar orang tua mereka.
Baca juga: Empat Fakta Di Balik Kejamnya Pengasuh di Depok yang Aniaya Bocah Dua Tahun
Namun, pada 10-11 Oktober malam, kamar TN terkunci. Pagi harinya, kedua orang tua YM berangkat kerja. Sehingga, praktis mereka sempat tak bertemu anak mereka dua malam.
Video call tetap bisa dilakukan antara orang tua dengan dua anak itu selama mereka di kantor. Pada 12 Oktober, ayah YM kemudian terkejut melihat anaknya penuh luka lebam. Diketahui kemudian, TN lah pelakunya.
Baca berita selanjutnya di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.