Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lolos Seleksi CPNS Sejak 2014, Seorang Guru Honorer di Jakut Belum Diangkat sampai Sekarang

Kompas.com - 24/10/2019, 21:20 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMPN 84 Koja Jakarta Utara, Sugianti (43), sedang memperjuangkan haknya untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS) sejak tahun 2013.

Sugianti bercerita, ia telah bekerja sebagai guru honorer di SMP tersebut sejak 2005 lalu. Kesempatan menjadi PNS datang pada 2013, ketika itu tersedia jalur khusus bagi pegawai honorer untuk diangkat menjadi PNS.

Karena seluruh kualifikasi yang dibutuhkan bisa ia penuhi, Sugianti kemudian ikut mendaftar dalam seleksi tersebut.

Di tahap awal, Sugianti diminta untuk melengkapi seluruh berkas, salah satu di antaranya adalah bukti bahwa Sugianti sudah lebih dari setahun bekerja sebagai honorer di instansi pemerintah.

Setelah melengkapi syarat-syarat tersebut, Sugianti dinyatakan lulus. Badan Kepegawaian Negara (BKN) kemudian menerbitkan kartu peserta ujian.

Baca juga: Gaji Guru Honorer Direncanakan Naik, Minimal Sama dengan UMR

"Kartu peserta ujian untuk mengikuti seleksi yang diadakan tanggal 3 November 2013," kata Sugianti ditemui di kantor advokat Pitra Romadoni Nasution di Jalan Danau Sunter Utara, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (24/10/2019).

Setelah melewati serangkaian seleksi, Sugianti dinyatakan lulus pada 9 Februari 2014. Pengumuman kelulusan itu diterbitkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Revormasi Birokasi (PAN-RB), BKN, dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta.

Seluruh tanda kelulusan itu dicetak Sugianti ke atas kertas sebagai bukti bahwa ia benar-benar dinyatakan lolos sebagai PNS di DKI Jakarta.

Kementerian PAN-RB kala itu memberi waktu kepada setiap peserta yang lolos untuk menunggu proses administrasi yang dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi ke BKD mulai Mei 2014.

"Karena waktu itu sempat ada pergantian gubernur, waktu itu Bapak Jokowi mencalonkan diri sebagai Capres, jadi untuk DKI itu agak terlambat jadi bulan Mei 2015 sampai 2016," ujar Sugianti.

Baca juga: Ribuan Guru Honorer Nganjuk Tagih Janji Pemerintah tentang Status ASN

Setelah pemberkasan berlangsung, tiba-tiba nama Sugianti menghilang dari daftar tanpa ada alasan. Sugianti lantas berinisiatif mempertanyakan hal tersebut ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Kala itu, Dinas Pendidikan memberitahukan secara lisan bahwa Sugianti telah dilaporkan masyarakat bahwa selama ini ia telah berpindah-pindah tugas sebagai guru honorer dan berkasnya tidak bisa diteruskan ke BKD.

Sugianti lantas melayangkan somasi ke Dinas Pendidikan pada tahun 2016 silam. Somasi itu dibalas Dinas Pendidikan melalui sebuah surat di mana ada kejanggalan di dalam isinya.

Kejanggalan itu berada pada poin kedua surat balasan dari Dinas Pendidikan yang isinya:

"Saudara Sugianti menjadi tenaga honorer sejak bulan Juni 2003 di SMAN 1 Lahat sebagai guru bantu, periode 2004 s.d. Juli 2006, menjadi tenaga honorer pada SDN Gedangan II Kutorejo Mojokerto, Jawa Timur, periode 17 Juli 2007 s.d Juli 2010 menjadi tenaga honorer di SDN 1 Papanggo Tanjung Priok dan periode 15 Juli 2011 s.d saat ini menjadi tenaga honorer a SMPN 30 Jakarta," demikian dikutip dari surat yang ditunjukkan Sugianti.

Baca juga: Mari Kita Bantu Nining, 15 Tahun Jadi Guru Honorer yang Tinggal di Toilet

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com