Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Gerindra Lebih Prioritaskan Bahas APBD daripada Pemilihan Wagub DKI

Kompas.com - 25/10/2019, 08:40 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kursi wakil gubernur (wagub) DKI Jakarta tak kunjung terisi meski sudah 14 bulan kosong.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta melemparkan berbagai alasan saat ditanya tentang mandeknya proses pemilihan wagub itu.

Partai Gerindra, salah satu partai pengusung Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat Pilkada DKI 2017, tampaknya makin kurang berminat untuk memperjuangkan pemilihan wagub.

APBD lebih penting

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Gerindra Mohamad Taufik mengatakan, saat ini DPRD DKI lebih memprioritaskan pembahasan Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2020 dibanding pemilihan wakil gubernur DKI Jakarta.

Baca juga: Taufik: Pembahasan Anggaran Lebih Penting Dibanding Pemilihan Wagub DKI

Apalagi, Gubernur DKI Anies Baswedan juga tampak tak terbebani menjalankan pemerintahan walau tanpa wagub.

"Iyalah, anggaran lebih penting (dari pembahasan wagub). Pak Anies kerja sendiri senyum-senyum aja," kata Taufik, Kamis (24/10/2019) kemarin.

Taufik menambahkan, pembahasan KUA-PPAS untuk APBD menyangkut uang rakyat Jakarta.

Karena itu, DPRD DKI memilih untuk mendahului KUA-PPAS daripada mencari pengganti Sandiaga Uno.

"Makanya kami bilang APBD dulu ajalah. Menyangkut kehidupan masyarakat Jakarta," ujarnya.

DPRD DKI juga bakal tidak mendapatkan gaji selama enam bulan jika pembahasan KUA-PPAS 2020 tak selesai pada 30 November 2019.

Ketentuan itu diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2020.

Figur kurang menarik

Taufik menyebutkan, proses pemilihan wagub DKI Jakarta harus dievaluasi karena molor atau berjalan lama.

Menurut dia, ada dua faktor mengapa proses itu tak berjalan mulus. Masalah itu harus didiskusikan antara Gerindra dan PKS sebagai parpol pengusung Anies Baswedan.

"Kalau ini tidak jalan harus ada evaluasi. Apa figurnya yang kurang menarik, kurang dipahami, atau komunikasinya. Jadi dua hal ini yang saya ajak diskusi dengan PKS," ucapnya.

Bakal cawagub DKI Jakarta dari PKS, Ahmad Syaikhu, menunjukkan buku Kebijakan Ahok yang diberikan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi seusai bertemu Prasetio di kediamannya di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Jumat (15/2/2019).KOMPAS.com/NURSITA SARI Bakal cawagub DKI Jakarta dari PKS, Ahmad Syaikhu, menunjukkan buku Kebijakan Ahok yang diberikan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi seusai bertemu Prasetio di kediamannya di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Jumat (15/2/2019).
Menurut Taufik, seharusnya PKS lebih agresif mendorong pemilihan orang nomor dua di DKI Jakarta tersebut.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com