Dimas mengatakan, odong-odong menjadi salah satu mata pencarian warga Cempaka Putih. Pengemudi biasanya mereka yang putus sekolah.
“Warga sini (Cempaka Putih) semua sopirnya. Ada 20-an orang lah kira-kira. Yang diambil anak muda yang putus sekolah,” katanya.
Kekhawatiran sama disampaikan Deni (27), pemuda yang sudah dua tahun menjadi sopir odong-odong.
Ia mengaku tidak memiliki keahlihan lain jika harus berpindah profesi.
“Saya cuma bisa beginilah naik motor bawa anak-anak sekolah. Ibu-ibu ke pasar udah seneng dibanding nyolong atau gimana kan,” katanya.
Deni bercerita, ia pernah terkena penertiban. Saat itu, odong-odong yang bukan miliknya disita dan dibawa ke kantor kelurahan Cempaka Putih Timur.
“Ya untungnya waktu itu odong-odong itu diperbolehkan keluar. Saya berharap diperbolehkan lah odong-odong ini,” tuturnya.