Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Bekasi Kelola Sampah dengan Metode Baru

Kompas.com - 26/10/2019, 06:41 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Selama dua pekan terakhir, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi atau Pepen melakukan kunjungan kerja ke China dan Pekalongan, Jawa Tengah.

Dua kunjungan kerja itu diklaim dalam rangka "mempelajari" metode pengelolaan sampah.

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3) Kota Bekasi, Kiswatiningsih mengeklaim saat ini sudah ada peta jalan (roadmap) yang disusun untuk mengadopsi metode pengelolaan sampah dari dua lokasi itu.

Baca juga: Adopsi Pekalongan, Bekasi Godok Pengelolaan Sampah Berbasis Aplikasi

"Intinya, kalau dari China mengenai teknologi pengelolaan sampah di TPA (tempat pembuatan akhir). Kalau Pekalongan, dia tata kelola pakai teknologi informasi," ujar Kiswatiningsih kepada Kompas.com, Jumat (25/10/2019) kemarin.

Berbasis aplikasi dan bernilai ekonomis

Kustantinah berharap, metode anyar pengelolaan sampah itu dapat menekan jumlah sampah di Kota Bekasi melalui pengendalian dari hulu dan hilir.

Pengendalian di hulu (rumah tangga) jadi penting, sebab TPA Sumur Batu yang jadi lokasi pembuangan akhir sampah Kota Bekasi sudah hampir overload.

Saban hari, sekitar 1.700 ton sampah dihasilkan warga Kota Bekasi. Di sisi lain, perluasan lahan TPA yang mesti dilakukan tiap tahun kerap terkendala pembebasan lahan dan biaya.

Kiswatiningsih mengatakan, Pemerintah Kota Bekasi akan mengadopsi metode Pekalongan soal pengendalian sampah dari hulu.

Terobosannya, menggunakan teknologi informasi berbasis aplikasi dan menciptakan nilai ekonomis pada sampah.

Baca juga: Bekasi Siapkan Cara Baru Pengelolaan Sampah, Tiru China dan Pekalongan

"Nanti sampahnya bisa dijual gitu, tapi tata kelolanya pakai teknologi informasi," ujar Kiswatiningsih.

Secara garis besar, aplikasi tersebut nantinya berguna untuk menjembatani warga dengan pengelola sampah, misalnya Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.

Pengelola sampah akan datang ke rumah warga untuk menjemput sampah yang sudah dipilah-pilah itu.

Setelah ditimbang dan diterima pengelola sampah, warga berhak atas sejumlah rupiah sesuai berat sampah, yang akan secara otomatis diterima melalui aplikasi tadi.

"Pastinya, sampah yang punya nilai ekonomis itu botol-botol plastik, kertas, gitu-gitulah. Secara tidak langsung, ini kan mengedukasi warga untuk memilah sampah. Kan diiming-imingi," ujar dia.

Akan tetapi, ia belum mau bicara lebih jauh soal besaran uang yang mungkin didapat dari hasil pemilahan sampah. Pun aspek-aspek lain, kata dia, masih perlu dikaji.

"Nanti diatur lagi mekanismenya bagaimana, aplikasinya seperti apa, pengelolanya siapa aja, harus kami siapkan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kondisi Jasad Perempuan di Pulau Pari Sudah Membusuk, Ada Luka di Dada dan Leher

Kondisi Jasad Perempuan di Pulau Pari Sudah Membusuk, Ada Luka di Dada dan Leher

Megapolitan
Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar

Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar

Megapolitan
Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Megapolitan
Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Megapolitan
Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Megapolitan
Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Megapolitan
Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com