BEKASI, KOMPAS.com - Selama dua pekan terakhir, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi atau Pepen melakukan kunjungan kerja ke China dan Pekalongan, Jawa Tengah.
Dua kunjungan kerja itu diklaim dalam rangka "mempelajari" metode pengelolaan sampah.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3) Kota Bekasi, Kiswatiningsih mengeklaim saat ini sudah ada peta jalan (roadmap) yang disusun untuk mengadopsi metode pengelolaan sampah dari dua lokasi itu.
Baca juga: Adopsi Pekalongan, Bekasi Godok Pengelolaan Sampah Berbasis Aplikasi
"Intinya, kalau dari China mengenai teknologi pengelolaan sampah di TPA (tempat pembuatan akhir). Kalau Pekalongan, dia tata kelola pakai teknologi informasi," ujar Kiswatiningsih kepada Kompas.com, Jumat (25/10/2019) kemarin.
Kustantinah berharap, metode anyar pengelolaan sampah itu dapat menekan jumlah sampah di Kota Bekasi melalui pengendalian dari hulu dan hilir.
Pengendalian di hulu (rumah tangga) jadi penting, sebab TPA Sumur Batu yang jadi lokasi pembuangan akhir sampah Kota Bekasi sudah hampir overload.
Saban hari, sekitar 1.700 ton sampah dihasilkan warga Kota Bekasi. Di sisi lain, perluasan lahan TPA yang mesti dilakukan tiap tahun kerap terkendala pembebasan lahan dan biaya.
Kiswatiningsih mengatakan, Pemerintah Kota Bekasi akan mengadopsi metode Pekalongan soal pengendalian sampah dari hulu.
Terobosannya, menggunakan teknologi informasi berbasis aplikasi dan menciptakan nilai ekonomis pada sampah.
Baca juga: Bekasi Siapkan Cara Baru Pengelolaan Sampah, Tiru China dan Pekalongan
"Nanti sampahnya bisa dijual gitu, tapi tata kelolanya pakai teknologi informasi," ujar Kiswatiningsih.
Secara garis besar, aplikasi tersebut nantinya berguna untuk menjembatani warga dengan pengelola sampah, misalnya Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.
Pengelola sampah akan datang ke rumah warga untuk menjemput sampah yang sudah dipilah-pilah itu.
Setelah ditimbang dan diterima pengelola sampah, warga berhak atas sejumlah rupiah sesuai berat sampah, yang akan secara otomatis diterima melalui aplikasi tadi.
"Pastinya, sampah yang punya nilai ekonomis itu botol-botol plastik, kertas, gitu-gitulah. Secara tidak langsung, ini kan mengedukasi warga untuk memilah sampah. Kan diiming-imingi," ujar dia.
Akan tetapi, ia belum mau bicara lebih jauh soal besaran uang yang mungkin didapat dari hasil pemilahan sampah. Pun aspek-aspek lain, kata dia, masih perlu dikaji.
"Nanti diatur lagi mekanismenya bagaimana, aplikasinya seperti apa, pengelolanya siapa aja, harus kami siapkan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.