Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Ali Sadikin, Gubernur Jakarta Berwatak Keras yang Pernah Tampar Sopir Truk

Kompas.com - 27/10/2019, 10:03 WIB
Dean Pahrevi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Tulisan di bawah ini adalah bagian dari Liputan Khusus "Teladan Para Mantan Gubernur DKI Jakarta". Simak kisah-kisah menarik mantan gubernur lainnya dalam tautan berikut ini.

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada 1966, Ali Sadikin bingung, mengapa dirinya dipilih Presiden Soekarno untuk menjadi gubernur Jakarta.

Ali dilantik Soekarno pada 28 April 1966. Usai dilantik, Ali mendapat jawaban alasan Soekarno memilihnya.

Rupanya, salah satu alasan Soekarno memilih Ali sebagai gubernur Jakarta karena ia memiliki watak yang keras. Menurut Soekarno, watak Ali ditakuti orang lain.

“Kata Bung Karno, ‘Ada sesuatu yang ditakuti dari Ali Sadikin. Ali Sadikin itu orang yang keras. Saya kira dalam hal mengurus kota Jakarta Raya ini, baik juga een beetje koppigheid (sedikit keras kepala),” kata Ali menirukan Soekarno dalam buku “Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977” karya Ramadhan KH.

Soekarno berujar, kata Ali, banyak orang yang membuang sampah di pinggir jalan di Jakarta. Karena itu, persoalan Jakarta perlu dihadapi oleh orang yang sedikit keras.

Saat pidato pelantikan Ali, Soekarno juga menyatakan bahwa Ali akan menghadapi banyak kesulitan. Soekarno tidak suka melihat sampah, selokan yang buntu, dan melihat kejorokan.

Baca juga: Ali Sadikin dan Kontroversi Lokalisasi Kramat Tunggak  

Selain watak yang keras, Ali juga dipilih karena mengerti urusan laut dan pelabuhan. Sebab, Ali adalah seorang mayor jenderal angkatan laut Korps Komando Operasi (KKO/sekarang Marinir).

Selain itu, Ali dinilai Soekarno mampu menghadapi dan meladeni diplomat-diplomat yang berkumpul di Jakarta. Soekarno juga menilai istri Ali, Nani, bisa membantu suaminya meladeni diplomat-diplomat itu.

“Beliau (Soekarno) melanjutkan, ‘Saya harap engkau akan bisa menanggulangi segala problem (masalah) daripada kota besar Jakarta Raya ini’,” kata Ali.

Baca juga: Henk Ngantung, Gubernur DKI Etnis Tionghoa Pertama yang Kemudian Menderita karena Dicap PKI

Dalam buku itu, Ali bercerita, pertanyaan ‘mengapa Soekarno memilih saya’ yang terngiang terus di kepalanya juga dijawab menteri era Soekarno, Johannes Leimena.

Leimena bercerita kepada Ali, sebelum memanggil Ali, Soekarno sudah menolak tiga tokoh jenderal yang diusulkan menjadi gubernur Jakarta. Soekarno berkata kepada Leimena, “Saya perlukan orang yang keras, yang tegas, yang berani.” Leimena pun menyebut nama Ali Sadikin dan menyatakan Ali keras kepala atau koppig (keras kepala).

“Nyatanya, Bung Karno setuju saja dengan seseorang yang dinilai koppig itu,” tutur Ali.

Tampar sopir truk ugal-ugalan

Dalam Buku “Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977”, Ali menyatakan lalu lintas di Jakarta brengsek. Alasannya, ia menilai para pengendara tak mengenal sopan santun lalu lintas dan melanggar disiplin berlalu lintas.

Suatu masa ketika Ali menjabat sebagai gubernur Jakarta, Ali sedang dalam perjalanan dan melihat sebuah truk seenaknya meluncur di tengah jalan, tanpa menghiraukan mobil-mobil di belakangnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Karyawan SPBU Karawang Diperiksa dalam Kasus Bensin Dicampur Air di Bekasi

Dua Karyawan SPBU Karawang Diperiksa dalam Kasus Bensin Dicampur Air di Bekasi

Megapolitan
Soal Urgensi Beli Moge Listrik untuk Pejabat, Dishub DKI: Targetnya Menekan Polusi

Soal Urgensi Beli Moge Listrik untuk Pejabat, Dishub DKI: Targetnya Menekan Polusi

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di DKI Jakarta Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di DKI Jakarta Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Gagal Rekonstruksi karena Sakit, Gathan Saleh Dibawa ke Dokter

Gagal Rekonstruksi karena Sakit, Gathan Saleh Dibawa ke Dokter

Megapolitan
Karyoto Disebut Hentikan Perkara Firli Bahuri Diam-diam, Polda Metro Jaya: Mengada-ada!

Karyoto Disebut Hentikan Perkara Firli Bahuri Diam-diam, Polda Metro Jaya: Mengada-ada!

Megapolitan
9 Tahun Misteri Kasus Kematian Akseyna, Keluarga Tidak Dapat “Update” dari Polisi

9 Tahun Misteri Kasus Kematian Akseyna, Keluarga Tidak Dapat “Update” dari Polisi

Megapolitan
Ammar Zoni Residivis Narkoba 3 Kali, Jaksa Bakal Pertimbangkan Tuntutan Hukuman

Ammar Zoni Residivis Narkoba 3 Kali, Jaksa Bakal Pertimbangkan Tuntutan Hukuman

Megapolitan
Kasus DBD Melonjak, Dinkes DKI Gencarkan Kegiatan “Gerebek PSN” Seminggu Dua Kali

Kasus DBD Melonjak, Dinkes DKI Gencarkan Kegiatan “Gerebek PSN” Seminggu Dua Kali

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangsel Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangsel Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Kembangkan 'Food Estate' di Kepulauan Seribu, Pemprov DKI Bakal Perhatikan Keselamatan Lingkungan

Kembangkan "Food Estate" di Kepulauan Seribu, Pemprov DKI Bakal Perhatikan Keselamatan Lingkungan

Megapolitan
Kelakar Heru Budi Saat Ditanya Dirinya Jadi Cagub DKI: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi...

Kelakar Heru Budi Saat Ditanya Dirinya Jadi Cagub DKI: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi...

Megapolitan
Keluarga Korban Pembacokan di Kampung Bahari Masih Begitu Emosi terhadap Pelaku

Keluarga Korban Pembacokan di Kampung Bahari Masih Begitu Emosi terhadap Pelaku

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bogor Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bogor Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Aviary Park Bintaro: Harga Tiket Masuk dan Fasilitasnya

Aviary Park Bintaro: Harga Tiket Masuk dan Fasilitasnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com