Kritik juga datang dari para pengguna kendaraan pribadi dan sopir bus kota atau mikrolet.
Pada hari peluncuran transjakarta di awal 2004 itu misalnya, lalu lintas di hampir seluruh ruas jalan di Jakarta macet.
Kemacetan membuat pengemudi mobil pribadi dan bus kota serta mikrolet kesal. Suara klakson yang bersahut-sahutan terdengar hampir di sepanjang jalan. Saling mengumpat di antara sesama sopir pun berkali-kali terdengar.
Namun, Sutiyoso berprinsip the show must go on. Tak ada yang boleh membatalkan operasi transjakarta. Ia bercita-cita menggiring masyarakat untuk terbiasa menggunakan angkutan umum, bukan mobil pribadi.
"Protes soal kemacetan itu kan (muncul) dari orang-orang yang ke mana-mana naik mobil. Mereka tidak mau terganggu, tetapi orang lain disuruh menderita," kata Sutiyoso.
Wujudkan transjakarta yang berulang kali gagal
Di tengah berbagai kritikan, Sutiyoso terus mewujudkan transjakarta yang sudah berulang kali gagal sejak 1990-an.
Sejak tahun 1990-an, Pemprov DKI sudah berencana membangun angkutan umum massal berupa subway dari Lebak Bulus ke Kota .
Tahun 1993, proyek serupa transjakarta pernah diujicobakan tetapi gagal dalam perjalanan.
Memasuki tahun 2002, Pemprov DKI kembali menggulirkan rencana uji coba transjakarta di jalur Blok M-Kota.
Sayangnya, proyek itu tidak dirancang secara matang. Akibatnya, berulang kali peluncurannya tertunda. Soft launching yang semula dijanjikan bulan Februari 2002 tertunda hingga Desember 2002.
Proyek transjakarta tidak kunjung selesai hingga Januari 2003. Pemprov DKI kembali menjanjikan transjakarta bakal terealisasi bulan Mei, Juni, Agustus, dan Desember tahun 2003.
Proyek itu akhirnya baru benar diluncurkan pada 15 Januari 2004.
Perkembangan transjakarta
Transjakarta kini terus berkembang sejak diluncurkan 15 tahun lalu.