Mulanya, AM tak begitu menaruh curiga bahwa pria ini akan melecehkannya. AM menduga, pelaku akan mencuri ponselnya karena sedari mula kerap memperhatikan ponselnya.
Gusar, AM memasukkan ponsel ke dalam tas.
Namun, ketika KRL tertahan di antara Stasiun Manggarai-Jatinegara, ia baru menyadari bahwa ia dilecehkan dari belakang. Ia berbalik arah dan menghardik pelaku.
"Yang jelas dia itu pakai topi hitam, hampir nutupin matanya, (topinya) agak turun gitu. Dia pakai kemeja kuning lengan pendek sama tas kecil selempang depan," jelas AM.
3. Tak takut
AM hanya segelintir dari deretan korban pelecehan seksual di ruang publik yang berani melawan balik.
Dalam beberapa keadaan, korban pelecehan seksual seperti tak sanggup melawan karena begitu terguncang.
Keberanian tersebut timbul setelah ia, menurut pengakuannya, acapkali mendapatkan pelecehan seksual secara verbal di ruang-ruang publik.
"Saya tuh enggak sekali atau dua kali di-catcalling. Awal-awal saya takut kalau di-catcall atau dipanggil yang aneh-aneh. Tapi, makin hari makin ngerasa, ngapain gue takut? Kalau misalkan takut, dia (pelaku) makin menjadi-jadi, terpuaskan, (berpikir) 'oh, korbannya malah takut'," anggap dia.
Beberapa kali dilecehkan secara verbal bahkan sampai membuat AM seperti tak mempersoalkannya, kendati tindakan seperti itu tak layak dijadikan lazim.
Maka, ketika pelecehan seksual menimpa dirinya melalui kontak fisik, AM melawan.
Ia menghardik pelaku, memintanya balik badan, menuduhnya penjahat kelamin, dan tanpa takut mengancam akan memfoto tampangnya.
Baginya, perlawanan ini sama besarnya dengan perlawanan kalangan perempuan mendobrak hegemoni budaya patriarki di Indonesia yang kerap meminggirkan kalangan perempuan dan menjadikannya objek semata.
"Ya enggak bisa, gue harus berani. Enggak mau tahu, gue harus ngomong kalau ini enggak benar. Bodo amat orang-orang melihat gue aneh. Ini kan sudah ranah privasi gue banget," ujar AM
Ke depan, AM mengaku belum akan menyiapkan peralatan guna menyerang pelaku pelecehan seksual.
"Lebih aware saja, benda-benda memang diperlukan. Tali, kalau masih bisa diverbalin, masih mempan, ya diverbalin saja," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.