JAKARTA, KOMPAS.com - Bukan hanya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) rupanya yang dikenal sebagai Gubernur DKI Jakarta yang kerap melakukan penggusuran terhadap warga untuk membangun ibu kota.
Jauh sebelum itu, Gubernur DKI Jakarta 1987-1992, Wiyogo Atmodarminto juga punya gaya kepemimpinan serupa. Sama seperti Ahok, gaya Wiyogo mengundang pro kontra hingga membuat gerah pemerintah pusat.
Kisah Wiyogo Atmodarminto saat memimpin Jakarta menjadi berita populer dalam Megapolitan Kompas.com sepanjang kemarin, Selasa (29/10/2019).
[LIPUTAN KHUSUS] Teladan Para Mantan Gubernur DKI Jakarta
Selain kiprah Wiyogo, berita populer sepanjang kemarin diisi sejumlah peristiwa kriminal hingga perkotaan.
Misalnya, soal penggerebekan kantor Q-Net yang diduga melakukan penipuan berbasis MLM, hingga lonjakan anggaran jalur sepeda yang sampai Rp 73,7 miliar.
Berikut ringkasan berita populer seputar Jabodetabek sepanjang kemarin.
Wiyogo Atmodarminto atau yang biasa disapa Bang Wi menjadi sorotan salah satunya karena penggusuran yang membuat berang banyak orang dan menyebabkan menteri dalam negeri kala itu berniat memanggilnya.
Mantan Pangkostrad berpangkat letnan jenderal tersebut menggusur apa pun yang menghambat pembangunan Jakarta.
Proyek pembangunan jalan tembus Jalan Rasuna Said-Jalan Saharjo sepanjang 1,6 kilometer contohnya. Proyek era Bang Wi itu menggusur 276 pemilik tanah dan bangunan.
Saat itu, Pemprov DKI Jakarta membayar ganti rugi berdasarkan Surat Gubernur DKI Nomor 2351 Tahun 1987.
Baca juga: Wiyogo Atmodarminto, Gubernur yang Memvonis Mati Becak di Ibu Kota
Harga ganti rugi berdasarkan taksasi itu bervariasi dari Rp 40.000 sampai Rp 225.000 per meter persegi, tergantung status dan lokasi tanah, belum termasuk bangunan dan benda di atasnya.
Laporan Kompas pada 5 November 1991, buldoser Pemda DKI kembali merontokkan bangunan rumah warga yang dianggap menghambat pembangunan.
Pembongkaran paksa dilakukan di jalan tembus Jalan Dr Sahardjo-Kampung Melayu di Kelurahan Manggarai Selatan, Jakarta Selatan.
Proyek sepanjang 5,6 kilometer itu menggusur 1.215 kepala keluarga (KK).