Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penebangan Pohon di Cikini Bertentangan dengan Komitmen Pemprov DKI Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca

Kompas.com - 05/11/2019, 11:23 WIB
Cynthia Lova,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan, penebangan pohon di trotoar Cikini bertentangan dengan komitmen pemerintah DKI Jakarta menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen pada 2030.

Komitmen Pemprov menurunkan emisi rumah kaca itu telah disampaikan pada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) ke-15 pada 2009 di Copenhagen.

“Jelas bahwa penebangan-penebangan pohon tersebut bertentangan dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, menurunkan temperatur iklim, dan memerangi panasnya kota Jakarta, serta menyerap berbagai polusi yang mencemari udara,” ujar Safrudin, saat dihubungi, Senin (4/11/2019).

Pria yang akrab disapa Puput itu mengatakan, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, banyak hal yang mesti dilakukan. Salah satunya dengan mempertahankan pohon di Jakarta dengan baik.

Baik itu mempertahankan pepohonan di jalur hijau, sempadan jalan, maupun pepohonan di rawa-rawa.

“Pemprov juga harusnya meningkatkan luasan ruang terbuka hijau (RTH) yang di dalamnya jumlah pohon ditingkatkan sehingga bisa menyerap polutan dengan baik,” ucap dia.

Safrudin menambahkan, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, harus ada setidaknya 20 persen RTH di Jakarta.

Namun, saat ini baru terpenuhi 9,4 persen RTH yang dibangun di Jakarta.

“Jangankan membayar kekurangan atas kewajiban RTH. Malah dengan penebangan itu mengurangi fungsi RTH yang telah dicapai selama ini sehingga untuk sementara fungsi RTH harus turun kembali dari angka 9,4 persen,” kata Safrudin.

Dengan menebang pohon angsana, menurut Safrudin, malah tidak membuat polutan di Jakarta menurun.

Sebab, sebenarnya pohon angsana lebih memiliki kemampuan besar untuk menyerap karbon diokisda.

Baca juga: KPBB: Pohon Angsana Lebih Ampuh Serap Polutan dibanding Tabebuya

Angsana disebut mampu menyerap 310 gram polutan atau karbon dioksida per jam.

“Adapun tabebuya yang nantinya akan dijadikan pohon angsana hanya memiliki 7,8 persen atau 24,2 gram menyerap karbon dioksida per jamnya,” kata Safrudin.

Ia menambahkan, semestinya pemerintah merawat pohon angsana dengan memangkas rutin pohon tersebut. Sebab, pepohonan tua sejenis angsana memiliki nilai estetika yang tinggi.

“Selain bunganya yang harum sekalipun tidak sesemarak tabebuya atau jacaranda. Risiko batang tumbang dan cabang patah bisa diantisipasi dengan pemangkasan dahan secara teratur,” tutur dia.

Sebelumnya, sebuah foto yang menunjukkan bekas pohon ditebang di lokasi revitalisasi trotoar di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, viral di media sosial.

Pemilik akun Twitter @galeshka dan @kemalarsjad yang terlebih dahulu menginformasikan foto tersebut dan menjadi perbincangan di media sosial.

Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengakui adanya sejumlah pohon yang ditebang demi revitalisasi trotoar di Cikini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com