JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Bina Marga mengusulkan Rp 1,2 triliun untuk pembangunan trotoar sepanjang 103 kilometer.
Besaran dana itu mencapai 30 persen dari seluruh total anggaran Dinas Bina Marga sebesar Rp3,9 triliun.
Kepala Dinas Bina Marga, Hari Nugroho mengatakan, pembangunan trotoar sepanjang 103 kilometer itu meningkat 40 persen dari target pembangunan trotoar pada 2019, yaitu sepanjang 67 kilometer.
Kenaikan jumlah pembangunan trotoar itu dilakukan untuk memenuhi Ingub 66 tahun 2019 tetang Pengendalian Kualitas Udara.
Ia mengatakan, pihaknya juga sudah memiliki master plan terkait pembangunan trotoar itu. Ia menargetkan tahun 2020 sepanjang 103 kilometer trotoar di ruas jalan Jakarta akan rampung dibangun.
Anggota DPRD Komisi D pun mempertanyakan rancangan anggaran untuk pembangunan trotoar itu yang dinilai fantastis. Bahkan meminta anggaran itu dipangkas.
Seperti Matnoor Tindoang, anggota DPRD Komisi B yang mempertanyakan seberapa urgensinya pembangunan trotoar itu.
Baca juga: Gencar Bangun Trotoar, Anies Sebut Pejalan Kaki di Jakarta Paling Rendah Sedunia
Sebab dana untuk pembangunan trotoar itu disebut melebihi anggaran kegiatan yang termasuk prioritas di Provinsi DKI Jakarta untuk menanggulangi banjir sebesar Rp 1 miliar.
"Seharusnya anggaran dan pembangunannya dilakukan beberapa tahap saja," kata Matnoor dalam rapat pembahasan anggaran Kebijakan Umum APBD dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA PPAS) bersama Dinas Bina Marga DKI Jakarta.
Ia pun menilai pembangunan trotoar bukan kegiatan yang mendesak. Sebab pembangunan trotoar itu dilihat tidak mengatasi tetapi malahan menambah kemacetan.
Ketua Komisi D Ida Mahmudah juga mengungkapkan hal sama. Ia bahkan menyangsikan pengajuan dana untuk pembangunan trotoar sepanjang 103 kilometer itu.
"Kok justru program prioritas dia trotoar? Sebentar lagi yang rawan banjir nih, kenapa tidak konsentrasi bahwa waduk itu yang harus diperbaiki?” kata Ida.
Komisi D rencananya akan melihat proyek revitalisasi trotoar di Jalan Cikini Raya.
Tujuannya untuk melihat contoh revitalisasi trotoar yang sudah dikerjakan selama ini sebagai bentuk pertimbangan untuk persetujuan anggaran berikutnya.
Hari pun menjelaskan mengapa pembangunan trotoar membutuhkan anggaran hingga Rp 1,2 triliun. Kata dia, pembangunan trotoar adalah hal rumit bukan sekadar membuat jalur saja.
Anggaran tersebut juga untuk kelengkapan dari trotoar itu sendiri atau sering disebut konsep complete street.
Baca juga: DPRD Pertanyakan Anggaran Pembangunan Trotoar Rp 1,2 Triliun
Misalnya, peningkatan jalan samping trotoar yang hendak dibangun. Setelah itu, pembangunan trotoarnya.
"Lalu kekuatan jaringan utilitasnya dan pembangunan amenitiesnya," ucap Hari.
Kemudian, pemasangan lampu-lampu jalan di trotoar itu pun masuk dalam item kelengkapan pembangunan trotoar.
Dalam konsep trotoar complete street, nantinya juga dibangun jalur penyebrangan, trotoar transit, dan jalur pejalan kaki penyandang disabilitas. Selain itu juga ada jalur sepeda, area hijau, dan parkir sepeda.
Ia mengatakan, tipe pembangunan trotoar complete street itu juga terbagi empat tipe tiap wilayah, yakni Tipe I, II, III, dan IV.
Adapun tipe pertama didesain dengan lebar lebih dari 5,5 meter.
"Tipe pertama itu ada manhole utilitas, saluran, buffer, dan jalur sepeda. Ini seperti di Jalan MT Haryono, Gatot Soebroto,” ucap Hari.
Kemudian tipe kedua itu dengan lebar 3,5 meter hingga 5,5 meter. Dalam pembangunan trotoar tipe kedua ini terdapat jalur sepeda, buffer, saluran, dan manhole utilitas.
"Lalu yang tipe ketiga itu didesain dengan lebar 2 hingga 3,5 meter. Sementara yang keempat dibangun dengan lebar 1,5 meter hingga 2 meter," tutur Hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.