Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinjau Trotoar Cikini, Anggota DPRD Sebut Trotoar Tidak Terawat

Kompas.com - 12/11/2019, 14:29 WIB
Cynthia Lova,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah menilai, revitalisasi trotoar di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat belum dirawat dengan baik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) DKI Jakarta.

Hal itu tersebut diungkapkan Ida saat meninjau revitalisasi trotoar di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat bersama anggota DPRD lainnya.

Peninjauan ini dilakukan sebagai tolak ukur persetujuan rancangan anggaran Rp 1,2 pembangunan trotoar pada tahun 2020 mendatang.

“Bagus (pedestariannya), tapi kan selama ini kita akui, kita bisa membuat tapi kita tidak bisa merawat, itu harus kita akui. Ini (revitalisasi trotoar itu) harus kerja sama dengan Bina Marga, dishub, satpol pp untuk merawatnya. Jangan sampai sesuatu yang sudah kita anggarakan besar, perawatanya tidak ada, ini kan sayang,” ujar Ida di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (12/11/2019).

Ida juga menyoroti pohon besar di sepanjang jalan Cikini yang tidak terawat dengan baik. Pohon-pohon tersebut dalam kondisi keropos dan harus ditebang.

Menurut dia, penebangan pohon malah membuat kondisi trotoar semakin gersang.

Baca juga: Warga Dukung Pohon Ditebang, tetapi Keluhkan Cikini Jadi Kian Gersang

Oleh karena itu, Politikus PDI Perjuangan ini menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak lagi menebang pohon-pohon di trotoar.

“Kalau perlu tidak ditebang, harus ada solusi lain. Ada tidak penyelesaian lain tapi tidak menganggu. Kalo argumenya emang menganggu misalnya jalur disabilitas, kan harus ditebang,” ucap dia.

Selain menyoroti pohon yang ditebang, Ida juga menyoroti kemacetan yang terus terjadi di Cikini.

Sebab, meski adanya revitaliasi trotoar itu, jumlah jalur untuk kendaraan di kawasan itu tidak diperluas ataupun dipersempit.

“Jadi memang konsep mereka ini adanya trotaor yang diperbesar adanya jalur yang konsisten. Kan kita lihat dari dua jalur menjadi empat jalur lalu mengecil lagi menjadi tiga jalur, ini selama ini menjadi macet. Jadi ini konsisten agar tidak ada pelebaran ataupun pengecilan,” ujar Ida.

Baca juga: Pembangunan Trotoar Jakarta, Diprotes karena Telan Triliunan dan Alasan di Baliknya

Oleh karena itu, Ida berharap ke depannya pemerintah mensosialiasikan masyarakat agar tidak menggunakan kendaraan pribadi di kawasan Cikini.

“Harapan begini, Pemda harus mensosialisasikan ke masyarakar agar tidak mengunakan kendaraan,” tutur Ida.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com