Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kusni Kasdut, Penjahat Fenomenal: Perampokan Museum Nasional (1)

Kompas.com - 16/11/2019, 10:11 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Saat itu Kasdut juga berpura-pura jadi polisi asal Mabak yang tengah menyelidiki kasus pencurian yang dilakukannya sendiri, tetapi penyamaran itu justru jadi bumerang.

Polisi bernama Ilin itu ternyata jauh-jauh dari Jakarta untuk menangani kasus Kasdut. Karena menangani kasus yang sama, Ilin mengajak ke kantor polisi bersama-sama naik becak.

Di tengah-tengah perjalanan, Kasdut minta berhenti sebentar untuk membeli rokok. Akan tetapi, niat sebenarnya adalah mengambil tasnya yang berisi pistol.

Namun, Ilin lebih cepat. Ia langsung menodong Kasdut dan menggiringnya ke kantor Reskrim Semarang.

"Kusni Kasdut, Pak," kata Ilin kepada tiga polisi yang ada di gedung Reskrim tersebut.

Dari tiga polisi itu, Kasdut mengetahui bahwa semua rekannya, baik di Jakarta maupun Semarang, sudah lebih dahulu ditangkap. Tetapi, ia berbohong dengan mengaku tidak mengenal satu pun orang yang disebut polisi, kecuali Ahar.

Setelah interogasi singkat itu, salah seorang polisi bernama Tukimin meminta Kasdut membongkar isi tasnya. Akan tetapi, itu jadi sebuah kesalahan. Dalam tas itu isinya adalah pistol dan sebuah granat.

Terjadilah baku tembak saat itu meski tak ada korban. Memanfaatkan situasi yang ricuh, Kasdut berusaha lari. Ketika tiba di sebuah ruangan, ia bertemu dua orang polisi.

Salah satu polisi itu bernama Sutono, ia sedang mengetik sesuatu dengan mesin ketik. Akan tetapi, Kasdut yang berlari ke arahnya tiba-tiba menembak.

Sutono tewas setelah mendapat tiga tembakan dari Kasdut.

Kasdut terus berusaha kabur sampai tiba di depan kantor Reskrim. Ia lantas menaiki sebuah becak.

"Cepat ke Bojong," kata Kasdut kepada tukang becak tersebut.

Tukang becak itu heran karena Bojong adalah tempat di mana mereka berada saat itu, tetapi ia tetap mengayuh becaknya. Ia membawa Kasdut tepat ke gerbang kantor polisi.

Kondisi itu membuat Kasdut panik dan melompat dari becak dan menyetop sebuah mobil pickup.

Namun, sopir pickup itu justru ketakutan mendengar suara tembakan yang bersahut-sahutan.

Sopir itu lantas kabur dari mobilnya. Kasdut yang hendak turun dari pickup justru tertembak kakinya dan terjatuh. Sebuah granat yang ia bawa pun ikut terjatuh.

Kasdut berusaha mengejar granat itu sambil merangkak. Akan tetapi, sial baginya. Ternyata kebetulan ada tentara yang melintas.

Tentara itu menendang Kasdut sehingga granat yang sudah berhasil ia pegang kembali terlepas dan menggelinding jauh. Kasdut habis ditendang tentara itu. Bahkan dua gigi depannya rontok.

Kasdut pingsan, polisi yang tadi mengejarnya menarik kaki penjahat ulung itu karena dikira sudah meninggal. Mereka baru sadar ia masih hidup ketika Kasdut mengerang.

Kasdut lalu ditahan di Mlanten, Semarang. Di sana, ia dianggap sebagai tahanan luar biasa. Kakinya dirantai ke tangan sehingga setiap ia bergerak menimbulkan bunyi-bunyian. (Bersambung....)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com