JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan pelayaran ke luar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia yang berada di selatan Pulau Jawa untuk melakukan pengukuran oceanografi.
Sembari melakukan pengukuran tersebut, para peneliti juga akan mengukur cemaran mikro plastik di perairan Samudera Pasifik tersebut.
"Kami akan melihat mikroplastik bagaimana macamnya, bagaimana dinamika dia di dalam alam, itu akan kami lihat secara detail," kata Plt Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI Nugroho Dwi Hananto di Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Senin (18/11/2019).
Baca juga: Mikroplastik Ditemukan di Salju Kutub Utara, Kok Bisa?
Nugroho menyampaikan, mereka pertama-tama akan mengambil sampel air di beberapa titik perjalanan mereka dari Jakarta, Selat Sunda, Samudra Pasifik, hingga Banyu Wangi.
Kemudian sampel-sampel tersebut akan diekstrak untuk mengetahui keberadaan mikroplastik hingga berapa besar kandungannya.
"Kami bisa lihat, termasuk dampak kepada biota lautnya," ujar Nugroho.
Setelah adanya data mengenai kandungan plastik di selatan Pulau Jawa, hal itu akan menjadi dasar penelitian lain untuk mitigasi keberadaan mikroplastik sebagai bentuk pencegahan.
Nugroho menjelaskan, saat ini LIPI belum memiliki gambaran pencemaran laut akibat mikroplastik di Indonesia.
"Kalau kami lihat pola arusnya bisa dari mana-mana, tidak dari Indonesia saja, kami ingin petakan mikroplastik ya, dari Indonesia atau dari mana dari luar negeri. Karena kan arus lalu lintas Indonesia terdiri dari Pasifik dan Samudra Hindia," ucap Nugroho.
Namun, penelitian mengenai mikro plastik itu setidaknya butuh dua hingga tiga tahun untuk mengetahui bagaimana hasilnya.
Sebelumnya, peneliti Lipi bekerja sama dengan The First Institute of Oceonography dari Cina, Departement of Athmospheric and Ocean Science University of Maryland, Amerika Serikat, dan Sejumlah Universitas yang ada di Indonesia melakukan penelitian laut dalam di Samudera Pasifik.
Penelitian yang dilakukan adalah mengumpulkan data oceonografi berupa kecepatan arus lintas dan suhu di laut dalam selatan Pulau Jawa.
Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi prediksi satelit terkait anomali iklim seperti El Nino dan La Nina yang terjadi di dunia.
Pelayaran akan berlangsung dua tahap, yang pertama dimulai hari ini sampai 24 Desember 2019 yang meliputi wilayah Jakarta, menuju Selat Sunda, terus ke Samudra Hindia dan bersandar di Banyuwangi.
"Kemudian dari Banyuwangi kami ada pelayaran kedua, dari Banyuwangi kami berlayar ke Selat Makassar, dari Selat Makassar kami kembali ke Jawa," ujar Nugroho.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.