JAKARTA, KOMPAS.com — Empat siswa korban kebakaran SMK Yayasan Abdi Karya (Yadika) 6 Bekasi masih dirawat di Rumah Sakit Yadika, Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Direktur RS Yadika Stefanus Sumarsono mengatakan, satu dari empat siswa itu harus menjalani operasi di kaki kiri karena alami patah tulang.
"Dari empat korban yang dirawat, yang patah tulang satu orang. Sisanya tiga orang berupa luka tumpul saja dan ada luka bakar. Luka bakarnya masih di bawah lima persen," kata Stefanus di RS Yadika, Jakarta Timur, Selasa (19/11/2019).
Baca juga: Sejumlah Siswa Melompat dari Ketinggian Saat Kebakaran Landa SMK Yadika 6 Pondok Gede
Dia menambahkan, siswa yang dirawat bisa segera pulang dalam waktu satu atau dua hari ke depan kecuali siswa yang mengalami patah tulang harus jalani operasi terlebih dahulu.
Adapun sejak Senin (18/11/2019), RS Yadika menerima sebanyak 11 siswa korban kebakaran tersebut. Namun, tujuh orang di antaranya sudah dipulangkan.
"Dari sore kemarin berjumlah 11 yang kami terima. Tujuh sudah bisa dipulangkan, empat orang masih dirawat," ujar Stefanus.
Baca juga: Jalur Evakuasi SMK Yadika 6 Tak Memadai, Siswa Sulit Menyelamatkan Diri saat Kebakaran
Kebakaran melanda SMK Yadika 6, Senin (18/11/2019). Akibatnya, 14 orang mengalami luka-luka dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Adapun penyebab kebakaran diduga korsleting listrik di laboratorium komputer.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bekasi Aceng Sholahuddin menyatakan, kebakaran demikian parah lantaran SMK Yadika 6 tidak memiliki fasilitas yang laik dalam mengantisipasi kebakaran.
"Berdasarkan informasi dari komandan, bangunan ini kurang layak fungsi. Tangga hanya di pojok. Artinya, saat evakuasi terjadi kesulitan untuk melakukan pertolongan kepada korban yang ada di lantai 2, 3, dan 4," kata Aceng kepada Kompas.com, Senin malam.
Baca juga: 3 Lantai Hangus, SMK Yadika 6 Pondok Gede Tak Punya Fasilitas Laik Antisipasi Kebakaran
"Saya pastikan gedung Yadika ini tidak dilengkapi dengan alat proteksi kebakaran. Sudah diperiksa, ternyata tidak dilengkapi alat proteksi semacam alat pemadam api ringan (APAR)," lanjut dia.
Menurut Aceng, gedung setinggi itu, apalagi digunakan untuk aktivitas sekolah, semestinya dilengkapi alat proteksi kebakaran yang dicek secara berkala.
Selain nihilnya APAR, SMK Yadika 6 ini juga tak punya alarm deteksi kebakaran serta hidran. Padahal, lanjut Aceng, hidran berperan penting agar pemadam kebakaran bisa menghubungkan selang dan mempercepat kerja pemadaman api.
"Paling tidak APAR itu di semua lantai ada dan semua ruangan harusnya dilengkapi (APAR)," ungkap Aceng.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.