JAKARTA, KOMPAS.com - Di tahun 1960-1980-an mungkin hampir tidak ada yang tak mengenal nama Kusni Kasdut. Ia merupakan penjahat besar kala itu.
Dikutip dari buku Kusni Kasdut karya wartawan senior harian Kompas, Parakitri, empat kejahatan dengan empat keputusan hakim ia terima selama masa hidupnya.
Empat kejahatan itu antara lain pembunuhan orang kaya bernama Ali Bajanet, pembunuhan polisi saat penangkapan di Surabaya, penculikan seorang dokter, dan perampokan harta negara.
Hukuman yang ia terima yaitu penjara seumur hidup, hukuman mati, lima setengah tahun dan 12 tahun penjara.
Lebih dari separuh hidupnya terkurung dalam sel tahanan yang diiringi delapan pelarian.
Baca juga: Kusni Kasdut, Penjahat Ulung yang Fenomenal: Belut Licin di Tahanan
Tapi pelariannya yang ke tujuh seolah menjadi titik balik bagi Kusni. Saat itu ia sudah berumur 40 tahun.
Ia ingin kabur bukan untuk sekadar bebas melainkan mengakui kesalahan dan memulai hidup dari nol bersama istri dan anaknya.
Namun, pelarian Kusni hanya berlangsung semalam. Besoknya, ia tertangkap dan ditahan kembali di LP Cipinang. Keinginan tulusnya itu gagal.
Ia merasa di titik terbawah hidupnya. Sampai suatu ketika Direktur LP Cipinang kala itu, Sukoharjo berdiri di pintu.
"Saudara Kusni, sesuai dengan sifat baru lembaga kita, di sini dilaksanakan juga pelajaran budi pekerti dan agama. Apakah mungkin saudara tertarik mengikuti salah satunya?" Kata Sukoharjo.
Baca juga: Kusni Kasdut, Penjahat yang Fenomenal: Pejuang Kemerdekaan yang Tersakiti (2)
Pertanyaan itu membuat Kusni tenggelam dalam lamunan panjang. Sampai akhirnya ia mengatakan kepada Sukoharjo bahwa ia ingin lahir kembali.
Seminggu kemudian, seorang bernama Van Iersel datang ke tahanan.
"Beragama atau tidak, sebenarnya tidak terlalu penting, yang utama ialah berdoa dan berbuat demi sesama, sebab dengan demikianlah kita memuliakan Tuhan," ucap Iersel seperti yang dikenang Kusni saat itu.
Kata doa yang terus diucapkan Iersel menarik perhatian Kusni. Tiba-tiba, ia sibuk menciptakan benda dari barang-barang yang ada di tahanan.
Pigura, patung salib, masjid, dan gereja ia buat dari hasil kreativitas dan pengalamannya bersekolah di sekolah teknik.
Baca juga: Kusni Kasdut, Penjahat Fenomenal: Perampokan Museum Nasional (1)