Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Ciputra Menolak Duduk di Sofa Empuk...

Kompas.com - 27/11/2019, 15:37 WIB
Cynthia Lova,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - "Saya mau duduk bila sofa empuk itu diganti kursi biasa. Bangku sekolah saja, lebih nyaman," ujar Ciputra, Chairman dan Founder Ciputra Group.

Hal itu diungkapkan Ciputra kepada panitia SMA Kanisius Jakarta saat diundang dalam acara Kanisius Education Fair pada September 2010, seperti dikutip dalam buku berjudul "Sisi Lain Ciputra: Reportase yang Belum Terungkap" yang ditulis Yery Vlorida Ariyanto.

Pernyataan yang dilontarkan oleh Ciputra itu membuat satu ruangan itu hening dan kaku. Tak ada yang menduga Ciputra yang akrab disapa Pak Ci meminta sesuatu di luar dugaan.

Sebab kala itu panitia sudah menyiapkan sofa yang nyaman nan empuk untuk diduduki pengusaha properti terkenal itu.

Keinginan Pak Ci itu akhirnya dipenuhi oleh panitia dengan menggantinya menggunakan kursi besi lipat tanpa alas empuk.

"Gini lebih sehat karena punggung saya tidak sakit. Enteng dibawa dan praktis, inilah gambaran entrepreneur," kata Pak Ci yang sedang menularkan virus entrepreneur-nya.

Penolakannya untuk duduk di sofa ini ternyata punya makna sendiri bagi Pak Ci. Menurut dia, duduk di sofa adalah simbol kemewahan.

Baca juga: Jenazah Ciputra Akan Disemayamkan di Artprenuer Kuningan

Kemewahan itu nantinya membuat manusia malas mengerjakan aktivitas.

"Kalian siswa, masih muda. Kursi sofa empuk itu menyimbolkan kemewahan. Kalau sudah duduk di sofa, orang enggan beranjak, malah nanti tidur pulas," ucap Ciputra menyemangati siswa-siswa Kanisius.

Rupanya Pak Ci ingin menyemangati para siswa SMA Kanisius dengan simbol-simbol kesederhanaan. Sebelum menjadi pengusaha sukses, Pak Ci sudah melalui perjuangan yang tak mudah dan jauh dari kemewahan.

Awal mula perjuangan Ciputra

Saat menjadi pembicara di Kanisius, Ciputra memberi semangat kepada siswa-siswa di sana bagaimana meraih kesuksesan dengan berjuang. Pengusaha properti terkenal ini bercerita, bagaimana ia sedari kecil berjuang untuk menjadi orang sukses.

"Saya sukses karena sejak bayi pun sudah pegang kardus dagangan," ujar dia.

Tidak semua dilewati oleh Ciputra dengan mulus, ia mengatakan, selama ia hidup banyak tekanan yang dialaminya.

Baca juga: Kunci Kesuksesan Bisnis ala Ciputra...

Ketika masih kecil, saat ia tinggal di Parigi, Sulawesi Selatan, Ciputra mengalami tekanan dari penjajah Belanda kemudian Jepang yang menguasai Indonesia kala itu.

Ia hanya hidup di ruko sederhana bersama kedua orangtuanya, Tjie Siem Poe dan Lie Eng Nio. Dia hidup dari hasil uang dagangan orangtuanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com