JAKARTA, KOMPAS.com — “Jadikan Ancol setaraf Disneyland, Amerika Serikat,” ujar Ali Sadikin saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta memberi tugas kepada Ciputra.
Pernyataan itu dilontarkan Ali saat Ciputra, pengusaha properti sukses, mengungkapkan mimpinya membangun tempat rekreasi layaknya Disneyland di Ancol.
Saat itu Ciputra memang tengah ditunjuk Ali Sadikin untuk menggarap beberapa proyek di Jakarta di bawah payung PT Pembangunan Jaya.
Saat Ciputra menyampaikan idenya menyulap kawasan rawa-rawa di Ancol menjadi taman bermain, tanpa perdebatan, Ali langsung setuju.
Ali Sadikin meminta Ciputra untuk menyulap lahan seluas 552 hektare yang dulunya rawa-rawa dan kawasan kumuh menjadi "Disneyland".
Dikutip dalam bukunya yang berjudul Ciputra Quantum Leap, tak hanya rawa-rawa, wilayah Ancol juga berupa hutan belukar.
Dulunya, di Ancol juga ada permukiman liar di dekat muara kanal yang dihuni nelayan, serta satu kelenteng yang sekarang bernama Kelenteng Bahtera Bhakti.
Ciputra alias Pak Ci, panggilan akrabnya, mengibaratkan Disneyland sebagai emas tulen.
Sementara Ancol tak ada bedanya dengan besi rongsokan. Meski penampakan Ancol saat itu mengerikan, di balik rawa itu terdapat pantai yang indah.
Setelah diberi tugas oleh Ali untuk menyulap Ancol, Ciputra dengan semangat tinggi mulai membangun Disneyland yang diimpikan itu pada 1966.
Pengusaha properti ini menyiapkan pembangunan Ancol selama 15 tahun.
Sementara untuk mendesain Ancol ini memakan waktu selama tiga tahun dan mengerjakan pembangunan Ancol usai dalam waktu satu setengah tahun.
Baca juga: Pertama Kali di Ancol, Camping di Seaworld...Mau Ikut?
Lamanya proyek pembangunan Ancol ini, dikatakan pria kelahiran Prigi, Sulawesi Tengah, itu lantaran Ancol ini memang dibangun dengan ide yang sangat matang.
Hal itu dilakukan untuk mencegah adanya perubahan-perubahan karena ketidaksesuaian desain.
“Jadi memang perencanaan Ancol ini sangat matang. Pada waktu Dunia Fantasi dibangun, saya kerjakan gabungan kewajiban dan hobi,” ucap Ciputra seperti dikutip dalam harian Kompas pada Minggu, 24 November 1985.
Saat membangun Ancol, tak semua mulus ia lewati. Sebab, ada beberapa kendala yang harus ia lewati, salah satunya kekurangan dana.
Selain dilatarbelakangi mimpinya yang hendak mengadopsi Disneyland ke Ancol, pengusaha properti ini juga memikirkan bagaimana menciptakan area rekreasi bagi masyarakat.
Seperti dikutip dalam buku karya Alberthiene Endah yang berjudul Ciputra the Entrepreneur, ia meyakini bisa menyulap Ancol seperti angannya.
“Saya tak mau menyatakan tak bisa karena saya yakin bisa! Ancol pasti bisa menjelma menjadi kawasan rekreasi pantai yang indah dan bisa menghibur warga Jakarta, serta masyarakat luar kota yang berlibur ke Jakarta. Jika saya mau bertekad, Ancol yang mengerikan ini bisa saya sulap menjadi kawasan yang indah,” kata Ciputra.
Disneyland, menurut dia, adalah gabungan dari inovasi, budaya, seni, dan komersial sehingga saat membangun Ancol, Ciputra sama sekali tidak takut merugi.
Sebab, ia memikirkan bagaimana suatu saat masyarakat berbondong-bondong rekreasi ke Ancol seperti sekarang ini.
“Saya lihat rawa (dahulu Ancol), intuisi saya, manusia butuh rekreasi. Rawa itu akan bermanfaat. Saya sudah ke luar negeri melihat Disneyland, inilah membaca hari depan,” ucap Ciputra.
Akhirnya, saat yang ditunggu tiba. Pada 26 Juni 1967, Taman Impian Jaya Ancol diresmikan.
Ketika wisata rekreasi itu diresmikan, masyarakat menyambutnya dengan antusias. Masyarakat terus berduyun-duyun mengunjungi Ancol kala itu.
Sebab, berbagai jajanan murah, perlombaan, hingga berbagai atraksi ditampilkan saat peresmian Ancol itu.
Setelah peresmian itu, pembangunan Ancol ini pun dilakukan bertahap.
Baca juga: Masuk Ancol Gratis, Sudah 29.520 Pengunjung yang Datang
Dikutip dari harian Kompas pada Senin, 26 Juni 1986, awalnya dibangun dari Ancol, yakni gelanggang renang Ancol dan gelanggang Samudra Ancol yang mampu melayani para penggemar olahraga berenang dan mendayung.
Kemudian, Ciputra saat itu berencana membagi lahan Ancol seluas 552 hektare menjadi beberapa bagian, yakni 93 hektare untuk daerah dagang, daerah industri seluas 38 hektare, daerah perumahan seluas 171 hektare, daerah semisosial sekitar 43 hektare, 60 hektare, serta sisanya akan dibangun untuk jalan, lapangan, dan penghijauan.
“Akan dibangun tempat rekreasi yang lebih representatif sesuai dengan pembangunan yang ada,” kata Ciputra.
Pada tahun 1984, Dufan akhirnya selesai dibangun. Impian Ciputra menciptakan Disneyland di Ancol pun terwujud dengan adanya Dufan.
Ada beberapa wahana, yakni Halilintar, Kora-kora, Balada Kera, Istana Boneka, Niagara, Untang-anting, Rumah Kaca, Bianglala, dan masih banyak lagi.
Kemudian, pada tahun 1985, Dufan resmi dibuka untuk umum.
Pembangunan Ancol dan Dufan ini sangat membuatnya bahagia.
Ia juga banyak belajar saat pembangunan proyek ini, bagaimana menjadi pemimpin dan menjadi pribadi yang dewasa dari setiap persoalan yang ia miliki.
Namun, kini waktu telah berlalu. Pada Senin (27/11/2019) dini hari, Pak Ci telah mengembuskan napas terakhirnya di Singapura.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.