Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Penjaga Sungai Cisadane di Tangerang...

Kompas.com - 02/12/2019, 13:24 WIB
Singgih Wiryono,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Dia pernah menemukan sepasang sepatu yang masih bagus untuk dipakai, atau sebuah tas yang bisa dia gunakan setelah dicuci terlebih dahulu. Melos tersenyum mengingat sebuah tas yang dia dapat saat membersihkan kali Cisadane.

"Kadang ya sepatu bagus banget," kata dia sambil memegang kendali mesin tempel kapal tersebut.

Kapal boat berbentuk seperti perahu itu sendiri bermesin tempel 12 Pk merek Suzuki. Boat ini bukan boat biasa, bukan juga perahu karet. Bentuk boleh mirip perahu karet, tapi bahan boat terbuat dari besi alumunium.

Kapal boat untuk membersihkan Cisadane ini bisa dibilang didesain khusus untuk tahan terhadap benda-benda tajam.

Bisa dibayangkan jika boat tersebut terbuat sama dengan bahan dasar perahu karet, seketika akan tembuh dengan bambu yang cepat menghujam bersama kekuatan arus Cisadane.

Baca juga: Saking Banyaknya, Tumpukan Sampah di Kali Cisadane Pernah Diangkut 15 Truk

Tetapi karena bobotnya yang berat lantaran bahan menggunakan logam, mesin tempel 12 PK tersebut meraung-raung ketika digas untuk mendorong tumpukan sampah di bawah penyangga jembatan jalan Raya Merdeka Kota Tangerang.

"Terus-terus," teriak Ali, memberikan aba-aba agar Melos menggeber mesin tersebut. Sedangkan Ibrahim sudah sedari tadi menggunakan pelampung, menceburkan diri ke Cisadane sambil berpegangan di tiang-tiang besar di bawah jembatan.

Mesin tersebut terbatuk-batuk, sesekali Melos mengangkat baling-baling, terlihat penuh sampah melilit baling-baling mesin kapal.

Sekali lagi dinyalakan, Ali kembali memberikan aba-aba agar boat dimundurkan untuk bisa menarik sampah bambu bersama tumpukan plastik dan sampah lainnya.

Akhirnya mesin tersebut mati juga, mati dan tak mau menyala lagi. Ali dan Melos bertukar posisi, giliran Ali mengambil alih, tapi mesin tak juga mau menyala.

Setelah beberapa lama mesin tempel itu ditarik, Ali ngosngosan, berhenti menarik dan mengambil dayung, untuk bisa mengikat perahunya di salah satu tiang di bawah jembatan.

"Hei! Tolong antarkan ya, mesinnya mati," kata Ali berteriak kepada salah satu regu yang akan kembali ke kamp.

Akhirnya Kompas.com pindah boat untuk kembali bersama tim lainnya, sedangkan Ali, Melos dan Ibrahim masih berjibaku bersama sampah-sampah Cisadane yang tak kunjung berhenti mengalir bersama derasnya arus Cisadane.

Untuk menjaga agar Cisadane tetap menjadi sungai yang bersih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com