KOMPAS.com — Rabu (4/12/2019) pukul 11.30, pria bertubuh kurus, bertopi hitam, dan berseragam oranye terlihat sedang menunggu di pelintasan kereta tanpa rel di dekat Stasiun Ancol.
Pria itu rela berpanas-panasan di tengah teriknya matahari untuk menutup pelintasan kereta tanpa palang itu dengan hanya menggunakan bendera rambu dan peluit untuk mengisyaratkan kepada pengguna kendaraan supaya berhenti.
Peluit berbunyi saat kereta akan melintas melewati jalur rel itu. Berbeda dengan pelintasan di stasiun lain, Stasiun Ancol memiliki pelintasan kereta tanpa palang, tanpa sirine, dan tanpa rambu.
Pria itu adalah Sulaiman, petugas penjaga jalan lintasan (PJL) di pos PJL 11 D yang mengawasi pelintasan kereta tanpa palang di Stasiun Ancol. Meskipun lelah, hal itu tak menyurutkan Sulaiman untuk mengawasi pelintasan kereta.
Baca juga: Ngeri, Perlintasan Kereta Tanpa Palang di Stasiun Ancol
Sulaiman bekerja sebagai petugas PJL sejak 2016.
"Saya baru bekerja sebagai PJL selama 3 tahunan. Saya menjaga pelintasan kereta secara manual soalnya kan enggak ada palang, rambu, sama sirine," ujarnya.
Walau terbilang cukup sebentar, Sulaiman sangat bersyukur dengan pekerjaannya sebagai petugas PJL.
"Saya bersyukur bisa bertugas sebagai PJL. Meskipun berat, saya tetap jalani dengan ikhlas demi keluarga," katanya.
Sebelum menjadi petugas PJL, Sulaiman bekerja sebagai buruh pabrik. Pria asal Banten ini lalu banting setir menjadi petugas PJL karena untuk mendapat pekerjaan lebih layak.
"Alhamdulillah upah yang saya dapat cukup untuk keluarga. Lumayanlah dapat upah UMR," katanya.
Dengan sabar, Sulaiman mengatur lalu lintas di pelintasan kereta tanpa palang di Stasiun Ancol.
Saat ada info dan kode dari handy talky bahwa akan ada kereta datang melintas, ia pun dengan sigap bergegas mencegat kendaraan yang hendak melintas dengan peluit dan bendera simbol saja.
Sulaiman juga selalu melihat jam untuk memantau pelintasan kereta, menerima sinyal kereta akan tiba dan berkomunikasi sesama PJL di pos PJL terdekat untuk mengetahui kedatangan kereta.
Dibantu dengan petugas PKD (petugas keamanan dalam), ia meminta setiap pengendara kendaraan berhenti dan mendahulukan kereta yang melintas.
Ketika kereta mendekat, ia menyambutnya dengan salam kepada masinis. Tak lupa setelahnya, ia kembali ke pos PJL 11 D dan mencatat nomor, waktu KA, dan pintu pelintasan dibuka kembali dalam sebuah buku laporan.