Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjaga 24 Jam, Mendengar Aktivitas Alam yang Kian Sulit Dipahami

Kompas.com - 08/12/2019, 07:18 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Dengan seragam olahraga dan topi, Afian Rully tampak berjaga. Saku bajunya bertuliskan BMKG, dengan lambang khas berbentuk lingkaran yang menjadi ciri Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Salah satu tugasnya adalah mengganti kertas untuk mengecek gelombang panas yang terjadi secara manual. Bola kaca bundar tersebut akan membakar dengan derajat tertentu dari pergerakan matahari di tiap harinya.

"Saya sudah dari 1984 di sini. Waktu saya naik ke menara untuk mengecek alat-alat cuaca, curug yang sekarang tertutup Novotel di TangCity itu terlihat jelas," kata dia saat ditemui Kompas.com, Jumat (6/12/2019), lalu.

Rully kini menjadi kepala observasi di Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang. Kantor BMKG khusus membaca pergerakan lempeng bumi dan aktivitas magnetik di Wilayah II Indonesia.

Wilayah II yang dimaksud terbentang dari Bengkulu hingga ujung provinsi Jawa Barat. Terdapat setidaknya ada 30 sensor yang dipantau oleh lima tim di bawah pimpinan Rully.

Baca juga: Ahli BMKG Jelaskan Kondisi Tektonik yang Bikin Maluku Sering Gempa

Mereka bekerja 24 jam nonstop, memastikan tidak ada gempa bumi dahsyat, khususnya disusul tsunami yang bisa meluluhlantakkan wilayah II, yang menjadi tanggung wilayah kantor tersebut.

Rully tidak sendiri, dia dibantu Kepala Data dan Informasi BMKG Kota Tangerang Urip Setiyono yang mengolah ratusan data masuk dari sensor untuk diteruskan ke Pusat Data dan Informasi BMKG Jakarta.

"Jika gempanya di bawah Magnitudo 5, kami akan menangani informasinya. Jika di atas itu, kami akan berikan ke pusat untuk diteruskan ke masyarakat," kata Urip.

Koordinasi antara daerah dan pusat menjadi sangat penting karena bentuk data di kantor pusat lebih lengkap dari seluruh daerah. Itu sebabnya penanganan dengan skala Magnitudo yang tinggi diolah langsung di kantor Pusat BMKG.

Bersama Urip dan Rully, Kompas.com berkesempatan memasuki ruangan observasi di kantor BMKG Kota Tangerang.

Dua layar besar berukuran kurang lebih 41 inci terpasang di dinding ruangan, ada enam layar monitor sebesar 21 inci berderet menunjukan data-data terbaru yang dikirimkan oleh sensor yang tersebar di wilayah II BMKG.

Dua layar di dinding atas konsisten menampilkan grafik getaran tektonik sedangkan layar kedua menampilkan pergerakan arah angin dan prakiraan cuaca yang dari sensor yang dimiliki BMKG.

Baca juga: Pemerintah Temukan Patahan Tektonik Sepanjang 3 Km di Babel

"Ini bukan (satelit) Himawari, ini sensor cuaca milik kita sendiri," kata Urip.

Di ruangan tersebut lima orang bekerja bergiliran menjadi penjaga raungan bumi, mulai dari gempa bumi sampai sambaran petir dari langit. Malam satu orang, pagi dua orang, sore dua orang. Begitu kata Rully sambil menujuk para petugas yang sedang asyik mengupulkan data terbaru hari itu.

Setelah keluar dari ruang observasi, Urip dan Rully mengantarkan Kompas.com ke sebuah sensor gempa yang tertanam di halaman kantor BMKG. Sambil bercerita, letak ideal dari sensor gempa sulit terealisasi di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com