"Yang kita lihat, berdasarkan kualitatif saja, petugas yang membersihkan sampah sungai di Kota Bekasi masih sangat minim dibandingkan Jakarta," ujar Adhitya.
"Karena kalau Jakarta, setiap kota administrasi sudah punya UPK badan air sendiri," imbuhnya.
Sebetulnya, kata Adhitya, kota yang tak punya petugas kebersihan sungai dalam jumlah ideal akan terbantu kebersihan sungainya jika kepadatan penduduknya rendah.
Sementara dalam kasus Bekasi, Kota Patriot ini punya kepadatan penduduk paling tinggi di antara kota-kota lain. Dari jumlah penduduk saja, Kota Bekasi lebih gemuk ketimbang Kota Depok, Bogor, dan Tangerang.
"Memang Depok, Bogor, Tangerang juga belum ada UPK Badan Air seperti Jakarta. Tetapi, jumlah penduduk mereka tidak sepadat Bekasi," kata Adhitya.
Berbekal data ini, Pemerintah Kota Bekasi meneken nota kesepahaman dengan Waste4Change untuk mengelola sampah sungai di Kota Bekasi, Senin (16/12/2019).
Nota kesepahaman kerja sama tersebut memuat soal pengelolaan sampah sungai secara berkelanjutan dan hibah kapal pengangkut sampah sungai "SeeHamsters" kepada Pemerintah Kota Bekasi.
Selain dua hal di atas, akan ada pula riset sampah sungai di Kota Bekasi.
Baca juga: Mengapa Potensi Sampah Sungai di Kota Bekasi Terbesar se-Jabodetabek?
Riset jangka pendek dilakukan pada 20 Januari-28 Februari 2020, melibatkan tim Dinas Lingkungan Hidup (LH) serta tim Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kota Bekasi.
"Kita mau melihat hotspot, di mana sampah itu ngumpul dan enggak bisa jalan ke mana-mana. Itu target kita sebenarnya," ujar Adhitya.
Selain itu, riset jangka pendek ini juga untuk memetakan sungai mana di Kota Bekasi yang akan dipilih sebagai fokus utama program pengelolaan sampah.
Kemudian, riset jangka panjang dilakukan secara kontinu bersamaan dengan program pengelolaan sampah sungai di Kota Bekasi yang berlangsung selama 3 tahun.
Adhitya berujar, sejauh ini belum ada data mengenai, misalnya, kontribusi curah hujan atau kontribusi kiriman penduduk luar Kota Bekasi terhadap jumlah sampah sungai di Kota Bekasi.
"Konstan kita akan kerja selama 3 tahun saat kerja sama. Setiap kami ngangkut sampah dari sungai, kita akan memperkaya diri kita (dengan data)," ia menjelaskan.
"Kami nanti kasih laporan, pengolahan sampahnya mereka (Kota Bekasi) sudah memilah dengan bagus atau tidak," tutup Adhitya.
Di samping melakukan riset sampah sungai, Waste4change dan Kota Bekasi pun akan bahu-membahu membersihkan dan mengelola sampah sungai.
Rencananya, berbekal torehan sebagai metropolitan dengan potensi sampah sungai terparah se-Jabodetabek, Kota Bekasi bakal jadi kota percontohan pengelolaan sampah sungai.
Pasalnya, selama ini, pembersihan sampah sungai di Bekasi dilakukan oleh Pasukan Katak dengan menggunakan alat tradisional berupa jaring dan bambu.
Untuk meninggalkan cara lama yang tak optimal itu, Pemerintah Kota Bekasi bakal menerima hibah kapal pabrikan Jerman hasil kolaborasi dengan Waste4Change melalui organisasi Greencycle-Schwarz Gruppe dan One Earth One Ocean, bernama SeeHamsters. Kapal ini punya kapasitas angkut 1 ton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.