Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bromocorah yang Bertaubat Itu Bernama Man Rambo, Luka di Tubuhnya Jadi Saksi (Bagian 1)

Kompas.com - 19/12/2019, 06:26 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

“Nak mari berdoa, agar Bapak selamat dari penembakan. Berita gencar, di setiap lembaran koran, tentang dibunuhnya para bromocorah,” begitu petikan tembang itu.

Zaman itu, nyawa seorang residivis ada di ujung pistol Petrus (penembak misterius) Orde Baru. Entah kapan saja, peluru bakal bersarang di tubuh residivis, tak peduli di emperan toko, pinggir sungai, atau tengah jalan raya.

Residivis alias pelaku kriminal yang mengulang kejahatan yang sama itulah “bromocorah” yang dimaksud Iwan Fals dalam gubahannya.

Man Rambo adalah bromocorah itu. Ia hanya satu dari ratusan residivis yang nelangsa keluarganya tergambarkan dalam lagu Iwan Fals berjudul Senandung Istri Bromocorah.

Tahun 1982, tepat sedekade usai keluar dari rahim bundanya, Rambo mengawali debut sebagai jambret.

Di umur segitu, Rambo mengaku sudah pernah mengecap aspal Ibukota sebagai tukang semir sepatu keliling.

“Adik saya dua sakit keras. Ibu bawa piring, sendok, dan gelas. Saya diajak. Kita keliling ke tetangga-tetangga, ke pasar dari ujung ke ujung. Ditawari piring, sendok, dan gelas itu tidak ada yang mau beli. Ibu saya pulang menangis, enggak bisa ngobatin adik saya,” kisah Rambo.

Terdesak, bocah seumuran murid kelas 4 SD zaman sekarang itu keliling terminal di Wonokromo. Seorang ibu tengah membeli jeruk. Merasa cukup membuntutinya, Rambo lalu menggasak tas ibu tersebut.

Baca juga: Awasi Peredaran Narkoba Selama Libur Akhir Tahun di Kepulauan Seribu, Polisi Turunkan Intelijen

Dari duit Rp 37.000 dalam tas itu, Rambo mencomot Rp 5.000, supaya bundanya tak heran bocah semungil itu dari mana sanggup punya Rp 5.000 – yang nilainya besar di zaman itu.

Ia sodorkan lembaran uang itu ke tangan bundanya di rumah buat ongkos berobat kedua adiknya.

“Saya bilang nemu di angkot,” kata Rambo.

Seiring usia makin mekar, Rambo makin sering cawe-cawe di terminal. Wara-wiri di antara kawanan kriminal. Di Jakarta, Wonokromo, maupun Surabaya.

“Terminal itu tempat solidaritas paling tinggi. Saya bolak-balik Wonokromo-Jakarta, main di terminal. Di Jakarta saya besar di (Terminal) Senen,” ujarnya.

Rambo mengaku senantiasa berupaya mengail nafkah yang halal, kendati di belakang punggungnya berbaris kawanan spesialis jambret terminal. 

Menggendong pikulan semir sepatu ia jalani, duduk di jok supir bus Surabaya-Malang ia lakoni. Rambo bilang, ia segan bertempur, dan hanya akan melakukannya andai tersudut.

Baca juga: Perjalanan Kasus Zul Zivilia, Diduga Edarkan Narkoba hingga Dituntut Seumur Hidup

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com