Untuk mengevakuasi anak tersebut, Saepul harus memanjat menara SUTET setinggi 50 meter. Saepul lalu menggendong si anak dari atas menara ke bawah dan diamankan oleh petugas polisi.
Selama 8 tahun mengabdi, Saepul pernah mendapat pengalaman unik, yaitu mengevakuasi seekor monyet milik warga yang kabur dari kandang. Dibutuhkan waktu 3 hari bersama regunya untuk menangkap monyet tersebut.
“Susah banget nangkepinnya. Monyetnya gesit banget larinya, makanya petugas susah ngejarnya meskipun sudah dipancing,” ungkap Saepul.
Pahit manis sudah pernah dirasakan oleh keduanya. Salah satunya adalah ketika temannya yang gugur ketika bertugas untuk memadamkan api.
“Ia meninggal karena tertimpa tembok yang roboh ketika hendak memadamkan api,” ujar Eko.
Lain ceritanya dengan Saepul.
Saepul bercerita, pernah ia dan tim regunya dimarahi oleh warga di salah satu wilayah di Tambora lantaran telat datang akibat sulitnya akses menuju tempat TKP kebakaran.
“Pernah warga tuh kesal sama kami dibilang ‘kok telat sih’, padahal mereka juga telat lapornya,” ujar Saepul.
Saepul menambahan, kunci untuk menjadi petugas damkar adalah tetap ikhlas melayani masyarakat apapun permasalahnnya.
“Tugas kita kan melayani masyarakat, jadi harus serba bisa dan cepat tanggap sesuai slogan kami, ‘Pantang Pulang Sebelum Padam’,” ucap Saepul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.