Saepul dlahirkan dari keluarga tidak mampu. Ayahnya bekerja sebagai sopir angkot, sedangkan ibunya mengurus rumah tangga. Saepul merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Kala itu, orangtua Saepul seringkali berpindah kos lantaran sulitnya biaya.
Hal itulah yang memotivasi Saepul untuk mengenyam pendidikan tinggi dan menjadi orang yang sukses.
“Ayah saya berpesan ‘Jangan susah seperti ayah, kamu belajar yang bener’,” ungkap Saepul.
Orangtuanya lah ya menginspirasi Saepul berpacu untuk mengenyam pendidikan tinggi. Saepul ingin melihat mereka bahagia hingga akhir hayatnya.
Sebelum menjadi petugas damkar, Saepul pernah menjadi petugas kebersihan (cleaning service) yang digaji hanya Rp 28.000 sehari ketika masih belajar di SMP.
Saepul berujar, dirinya pernah menjadi cleaning service untuk membantu orangtuanya melunasi biaya persalinan adik ketiganya.
Saepul bercerita, kala itu adik ketiganya ditahan oleh rumah sakit lantaran orangtuanya tidak mampu membayar biaya persalinan.
Sedih melihat kondisi orangtuanya, Saepul berinisiatif membantu biaya persalinan adik ketiganya.
Saepul yang baru saja lulus SMP nekat melamar sebagai petugas cleaning service.
“Saya minjem uang ke saudara untuk menebus adik saya. Dari uang bekerja itulah, nanti saya cicil pembayarannya,” kenang Saepul.
Selain menjadi cleaning service, Saepul juga pernah bekerja sebagai admin di salah satu perusahaan bank pada tahun 2009.
Setelah kurang lebih setahun bekerja sebagai admin, Saepul melamar menjadi teknisi di PT Sanyo.
Dari tempatnya bekerja, ia melihat lowongan kerja sebagai anggota pemadam kebakaran. Dari situlah awal langkah yang mengubah nasib Saepul.
Dengan mantap, Saepul mencoba melamar menjadi anggota PNS petugas damkar dan lolos.