JAKARTA, KOMPAS.com - Saepul Rohman (29) merupakan salah satu petugas PNS pemadam kebakaran (Damkar) Sektor Tambora.
Saepul sudah menjadi anggota PNS sejak tahun 2011. Ia melamar menjadi petugas Damkar hanya dengan menggunakan ijazah STM.
Meskipun sudah menjadi petugas PNS, Saepul tetap mengutamakan pendidikan. Saepul melihat, banyak senior di tempatnya bekerja yang hendak pensiun, namun ijazahnya masih SLTA ataupun STM.
Hal itulah yang membuat Saepul tidak ingin seperti seniornya. Ia berprinsip bahwa hidup itu harus satu langkah lebih maju daripada orang lain.
“Waktu luang masih banyak,dana juga cukup, jadi saya manfaatkan untuk berkuliah,” tambahnya.
Sebelum berkuliah, Saepul bercerita bahwa dirinya pernah berseteru dengan istrinya lantaran ingin melanjutkan pendidikan lagi.
“Istri saya pernah bilang ‘ngapain sih kuliah, sibuk amat’,” cerita Saepul.
Baca juga: Kisah Anggota Damkar, Kejar Monyet hingga Cegah Anak yang Mau Bunuh Diri
Dengar cerdas, ia menjawab pertanyaan istrinya bahwa lebih baik sibuk di awal selama masih mampu menerima ilmu.
“Karena kita tidak tahu nasib kita ke depannya, rezeki kan tidak ada yang tahu,” tambahnya.
Hal itu terbukti bahwa Saepul adalah lulusan S2 Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) School of Management Tiga Raksa, Tangerang.
Sebelum menempuh S2, Saepul juga merupakan lulusan S1 Fakultas Hukum di Universitas Bung Karno pada tahun 2016.
Karena kesibukannya, Saepul mengambil kelas karyawan agar dapat mengatur waktu antara keluarga, pekerjaan, dan pendidikannya.
Meskipun pendidikan merupakan investasi penting, Saepul tetap mengutamakan pekerjaannya sebagai petugas Damkar.
“Kalau ada tugas darurat saya izin kuliah dulu. Karena sebelum menjadi petugas damkar, kita sudah bersumpah untuk mengabdi kepada masyarakat,” tambahnya.
Namun, hal itu tidak dicapai dengan mudah. Saepul sudah merasakn pahit manisnya kehidupan. Saepul bukanlah orang yang berada.
Saepul dlahirkan dari keluarga tidak mampu. Ayahnya bekerja sebagai sopir angkot, sedangkan ibunya mengurus rumah tangga. Saepul merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Kala itu, orangtua Saepul seringkali berpindah kos lantaran sulitnya biaya.
Hal itulah yang memotivasi Saepul untuk mengenyam pendidikan tinggi dan menjadi orang yang sukses.
“Ayah saya berpesan ‘Jangan susah seperti ayah, kamu belajar yang bener’,” ungkap Saepul.
Orangtuanya lah ya menginspirasi Saepul berpacu untuk mengenyam pendidikan tinggi. Saepul ingin melihat mereka bahagia hingga akhir hayatnya.
Sebelum menjadi petugas damkar, Saepul pernah menjadi petugas kebersihan (cleaning service) yang digaji hanya Rp 28.000 sehari ketika masih belajar di SMP.
Saepul berujar, dirinya pernah menjadi cleaning service untuk membantu orangtuanya melunasi biaya persalinan adik ketiganya.
Saepul bercerita, kala itu adik ketiganya ditahan oleh rumah sakit lantaran orangtuanya tidak mampu membayar biaya persalinan.
Sedih melihat kondisi orangtuanya, Saepul berinisiatif membantu biaya persalinan adik ketiganya.
Saepul yang baru saja lulus SMP nekat melamar sebagai petugas cleaning service.
“Saya minjem uang ke saudara untuk menebus adik saya. Dari uang bekerja itulah, nanti saya cicil pembayarannya,” kenang Saepul.
Selain menjadi cleaning service, Saepul juga pernah bekerja sebagai admin di salah satu perusahaan bank pada tahun 2009.
Setelah kurang lebih setahun bekerja sebagai admin, Saepul melamar menjadi teknisi di PT Sanyo.
Dari tempatnya bekerja, ia melihat lowongan kerja sebagai anggota pemadam kebakaran. Dari situlah awal langkah yang mengubah nasib Saepul.
Dengan mantap, Saepul mencoba melamar menjadi anggota PNS petugas damkar dan lolos.
Pria yang tinggal di Cipinang ini berujar, banyak orang yang meremehkannya ketika ia hendak melamar sebagai petugas damkar.
“Banyak orang meremehin, terus nanya, ‘Punya duit berapa lu nekat lamar PNS?’ Tetapi saya tidak peduli, namanya juga coba kok,” tambahnya.
Dari ribuan orang yang melamar, hanya 400 orang yang diterima sebagai petugas damkar, termasuk Saepul.
“Berkat doa dan restu orangtua dan kerja keras, saya keterima menjadi anggota PNS,” tambahnya.
Kini hidup Saepul sudah berubah. Dengan menjadi anggota PNS, ia memiliki penghasilan yang berkecukupan.
Dari penghasilannya itulah, kini ia bisa membantu orangtuanya membangun rumah untuk mereka.
Saepul juga berencana ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang S3.
“Doain saya ya semoga bisa lanjut kuliah lagi,” katanya.
Tak hanya itu, Saepul juga membangun Taman Belajar Al Quran Syubbanul Ikhsan di tempat tinggalnya di Cipinang.
Baca juga: Kisah Tuti, Ibu dari 100 Kucing Telantar di Denpasar: Ambil di Jalan hingga Tebus ke Orang Lain
Saepul membangun Taman Belajar Al Quran karena ingin bercita-cita memperbaiki akhlak anak-anak di Indonesia menjadi lebih baik.
Saepul berujar, dirinya tak bisa seperti sekarang berkat orangtuanya.
“Semuanya itu karena berkah dari orangtua. Makanya sebagai anak, sudah seharusnya kita berbakti kepada orang tua agar berkah selalu datang ke kita,” ujar Saepul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.