Bagaimana pun yang mengikat tali saudara/keluarga adalah darah, bukan keyakinan.
“Saya dan bapak (Jacob) juga punya anggota keluarga yang berbeda (keyakinannya). Adik bapak juga ada yang bukan katolik,” tambah Tris.
Selain perbedaan agama pada anggota keluarga besar, perbedaan agama juga terjadi dalam satu atap alias suami istri yang berbeda keyakinan.
Meski Jacob mengatakan memang beberapa warga Kampung Sawah ada yang satu atap beda keyakinan namun untuk proses menikahnya tetap dilakukan satu agama.
"Tidak ada pernikahan beda agama. Pernikahan tetap dilakukan dengan prosedur salah satu agama. Namun seiring berjalannya waktu apabila salah satu pasangan merasa lebih nyaman dengan agama sebelum ia menikah itu bisa didiskusikan. Itu yang biasanya terjadi,” ujar Jacob.
Di Kampung Sawah setiap hari raya, entah lebaran, paskah, atau natal, salah satu umat yang merayakan hari raya akan mendatangi rumah ke rumah untuk berbagi makanan kepada tetangga yang tidak merayakan salah satu hari raya tadi.
"Bahkan Pak Kyai (Rahmadin Afif) kalau habis solat ied, setelah saya membantu mengamankan parkiran Jemaah di Yasfi, beliau selalu bilang ‘Jangan pulang dulu sebelum makan ketupat’,” ujar Jacob.
Menurut Jacob, tradisi ini merupakan salah satu simbol berbagi kebahagiaan dan bukan lah sesuatu yang haram untuk dilakukan.
Rahamadin pun sebagai Pemuka Agama Islam Kampung Sawah menanggapi soal pendapat tentang mengucapkan selamat natal ke umat Nasrani itu haram.
Baginya di Kampung Sawah tidak mempermasalahkan untuk mengucapkan hari raya umat selain agama islam.