JAKARTA, KOMPAS.com - Hari pertama di awal 2020 sekaligus awal dari dekade baru mewarnai Jakarta dengan banjir. Banjir kali ini tidak hanya menggenangi wilayah yang sering terkena banjir, tetapi juga wilayah yang jarang terkena banjir.
Salah satu kawasan di Jakarta yang langganan banjir adalah Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
Salah satu pengungsian yang menampung warga Keluarahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur adalah Posko Universitas Borobudur.
Suasana pagi hari pada Rabu (2/1/2020) di posko ini cukup ramai. Pengungsi dewasa banyak yang sedang menjaga adik dan anak-anak mereka.
Selain ramai oleh pengungsi, posko juga ramai oleh Petugas PMI, Petugas Babinsa, Petugas BNPB, dan Petugas dari Kampung Siaga Bencana.
Baca juga: Banjir di Cipinang Melayu Surut, Warga Mulai Bersihkan Rumah
Salah satu pengungsi, wanita kelahiran 1990 bernama Farida, sedang menahan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus (hiperaktif) untuk tidak berlari-larian karena banyak mobil Babinsa dan PMI yang keluar masuk posko.
Ridho (anak Farida) nampak lincah lari ke sana-kemari tanpa mempedulikan suasana sekitarnya yang sedang ramai dan banyak petugas yang sibuk mondar-mandir di dalam posko.
Sambil sesekali menangkap anaknya yang sedang berlari, Farida bercerita kronologi banjir saat masuk ke rumahnya pada sampai ia dan sekeluarga akhirnya bisa diungsikan meski harus menunggu sampai maghrib.
Baca juga: Cerita Pengungsi Banjir Cipinang Melayu: Enggak Bawa Apa-apa, Hanya Menyelamatkan Ijazah
Hal yang sulit bagi Farida dari cepatnya air yang masuk ke rumah pada Rabu (1/1/2020) membuat ia harus menjaga salah satu anaknya yang berkebutuhan khusus agar tidak keluar dari area lantai 2 rumahnya sampai Tim SAR datang.
"Saya menunggu Tim SAR datang itu lama, pas maghrib saya baru sampai posko. Susahnya selama nunggu Tim SAR itu saya harus jagain Ridho (anaknya yang bekebutuhan khusus) karena dia pengen ke loteng terus. Sama jagain dia biar ga ke lantai bawah," ujar Farida.
Ridho memang masih tidur di lantai dua saat air sudah memasuki rumah Farida pada pukul 03.00 pagi.
Namun ketika Ridho sudah bangun, Farida hanya bisa berharap Tim SAR bisa datang cepat agar tidak terjadi hal buruk karena sulitnya megontrol Ridho di dalam rumah yang sudah tergenang banjir.
Baca juga: Korban Banjir di Cipinang Melayu Butuh Baju Layak Pakai
"Saya sama anak-anak lagi tidur di lantai atas, terus suami langsung bangunin. Pas saya turun ke bawah air dari sepaha gak sampe berapa menit naik jadi sedada saya," ujar Farida.
Ternyata selain Farida, ada pula Pupu yang juga warga Cipinang Melayu berpendapat sama tentang cepatnya air banjir masuk ke rumah.
"Sadarnya kalau rumah udah banjir itu saya lagi tidur, tau-tau air udah setara kasur. Jadi pas melek punggung udah basah," ujar Pupu.
Pupu mengatakan kalau air naik dengan cepat. Tidak perlu menunggu bermenit-menit air yang awalnya sebetis orang dewasa sudah naik sampai sepaha orang dewasa.
Baca juga: Sejumlah Warga di Cipinang Melayu Memilih Kembali Tidur di Rumah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.