JAKARTA, KOMPAS.com - Di dalam tenda biru tengah sibuk sekumpulan ibu-ibu menyiapkan makanan untuk korban banjir di kawasan Jakarta Utara.
Mereka tampak sibuk mengeluarkan tumpukan mi instan dari dalam bungkus satu per satu dan meletakkannya di baskom besar.
Salah seorang ibu, Yuliana Susanti atau akrab disapa Bu Yuli, melemparkan senyuman ke arah Kompas.com saat menghampiri tenda.
Ia menyapa dengan ramah, kemudian menceritakan pengalamannya menjadi relawan selama belasan tahun.
Baca juga: Cerita Food Truck ACT, Masak 1000 Kotak Makanan Per Hari untuk Pengungsi Banjir Jakarta
Bu Yuli sudah menjadi relawan sejak 2007. Saat itu, hatinya tergerak menjadi relawan banjir karena rumahnya di kawasan Kebon Baru, Semper Barat, Jakarta Utara, terkena banjir.
Perempuan berusia 66 tahun ini merasa prihatin dengan korban banjir yang kadang kala kurang bantuan makanan.
Sebab, ketika bencana banjir menimpa keluarga Bu Yuli, ia merasakan lapar saat mengungsi lantaran kurangnya distribusi makanan yang sampai di poskonya.
"Karena saya tahu bagaimana rasa sedihnya menjadi korban banjir, apalagi kalau lagi lapar. Maka, tergeraklah hati saya untuk menjadi relawan," ujar Bu Yuli kepada Kompas.com di Posko Logistik Sudin Sosial Koja, Jakarta Utara, Jumat (3/1/2020).
Baca juga: 1.340 Warga di Jakarta Utara Mengungsi akibat Banjir
Yuli mengatakan, karena keahliannya di bidang masak, ia memilih bertugas di dapur umum agar para korban tidak kelaparan.
"Saya tidak punya harta banyak yang bisa membantu dengan materi, tapi saya punya keahlian untuk masak seenggaknya bisa gunakan untuk membantu orang yang lagi membutuhkan," kata Bu Yuli.
Ibu dua anak ini mengaku, menjadi relawan baginya suatu kegiatan yang menyenangkan sebab ia bisa berkumpul bersama teman-teman untuk membantu sesama.
"Kita tim dapur umum ini seperti keluarga yang bekerja sama membantu orang yang membutuhkan," kata Yuli.
Meski setiap hari memasak untuk ribuan orang, Yuli mengaku tidak pernah mengeluh.
Bahkan, tak pernah sedikit pun ia mengharapkan imbalan dari pemerintah.
"Ini kan tugas sosial, saya kerjakannya sepenuh hati. Tidak pernah saya ngeluh, ya kita kerjakan saja dengan senang," kata Yuli.
Tantangan jadi relawan
Menurut Yuli, menjadi relawan itu bukanlah suatu hal mudah. Apalagi, ia sudah bertahan selama 11 tahun.
Ia sudah mengalami asam pahit sebagai relawan. Yuli bercerita, suatu saat ia pernah dicegat oleh geng motor ketika hendak mengantar bantuan.
Bahkan, bantuan yang awalnya hendak ia salurkan ke korban banjir malah dibajak oleh sekumpulan pemuda.
"Mereka cegat bantuan yang kami bawa menggunakan empat truk. Barang logistik yang kami bawa di truk itu untuk korban banjir semua dibajak. Jadi logistik kala itu hanya tersisa satu truk," kata dia.
Baca juga: Suplai Air Bersih di Jakarta Utara dan Jakarta Timur Terganggu akibat Banjir
Meski kejadian itu sempat membuatnya takut hingga trauma, Yuli tetap bertahan menjadi relawan.
"Kalau mikirnya saya takut terus, pasti saya tidak bisa bertahan sampai sekarang. Selalu yang saya pikirkan membantu orang itu bukan perbuatan salah. Maka, sampai sekarang saya terus menjalankan tugas saya," kata dia.
Yuli mengatakan, dirinya tidak hanya memasak untuk korban banjir, tetapi juga untuk korban bencana lain, seperti kebakaran di kawasan Jakarta Utara.
"Pernah saya waktu itu memasak untuk 3.000 korban kebakaran waktu itu di kawasan Koja," katanya.
Baca juga: Memasuki Musim Hujan, Penyakit DBD Mulai Muncul di Jakarta Utara
Yuli menuturkan sempat bosan makan karena saking seringnya melihat makanan yang ia masak.
"Kalaupun saya makan, pasti saya beli makanan dari luar jadi saya tidak enek banget kalau makan," ucapnya.
Harapan Bu Yuli
Yuli prihatin saat ini jarang anak muda yang mau jadi relawan. Meskipun banyak di awal-awal yang minat untuk menjadi relawan, kebanyakan mereka akhirnya tidak bertahan.
Ia berharap, banyak masyarakat, khususnya anak-anak muda, yang hatinya terketuk menjadi relawan bencana.
"Tidak ada yang bertahan gitu yang jadi relawan, khususnya anak-anak muda. Jadi tiga hari mereka bantu, nanti kemudian tidak bantu lagi," kata Yuli.
"Sehingga kita-kita relawan sekarang yang tua bisa regenerasilah. Saya selalu merindukan ada anak-anak muda yang bantu," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.