Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Gedung Roboh di Slipi

Kompas.com - 06/01/2020, 13:48 WIB
Nursita Sari,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah bangunan berlantai empat di Jalan Jalan Brigjen Katamso, Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, ambruk pada Senin (6/1/2020) pagi.

Berikut lima fakta robohnya bangunan yang dikumpulkan Kompas.com hingga saat ini:

1. Kondisi gedung

Berdasarkan pantauan Kompas.com, bangunan yang roboh terletak di seberang Gedung Wisma 77.

Gedung itu roboh pada bagian kiri dan menimpa beberapa sepeda motor yang sedang diparkir.

Akses keluar masuk gang di samping gedung pun ikut tertutup. Bongkahan sisa bangunan terlihat menutupi badan jalan.

Baca juga: Pastikan Tak Ada Korban yang Masih di Dalam Gedung Roboh, Basarnas Periksa dari Luar

Garis polisi sudah dibentangkan di sekitar gedung.

2. Saksi dengar bunyi "kretek... kretek"

Gedung itu roboh sekitar pukul 09.20 WIB.

Juni, salah seorang saksi mata yang ada di dalam gedung, sempat mendengar bunyi dari retakan gedung.

Saat dihubungi KompasTV, Juni mengatakan, menjelang gedung empat lantai tersebut ambruk, dia mendengar suara getaran yang keras.

"Dengar suara kretek-kretek. Dalam hitungan menit, runtuh semua," kata Juni.

Menurut Juni yang sudah bekerja di kawasan itu selama 30 tahun, gedung tersebut berusia sekitar 10 tahun.

Namun, kondisinya tidak terawat.

"Kemarin tukang parkirnya ngomong juga dengar suara kretek-kretek," ujar Juni.

Juni menceritakan, dia sempat belanja ke Alfamart yang berada di bawah gedung yang roboh itu.

Baca juga: Gedung di Slipi Roboh, Saksi Mata Sempat Dengar Bunyi Kretek... Kretek

Dia melihat ada rembesan air di tembok minimarket itu.

3. Tiga karyawan minimarket selamatkan diri

Minimarket Alfamart berada di lantai dasar bangunan yang roboh.

Petugas pemadam kebakaran Sukiman mengatakan, tiga orang karyawan minimarket tersebut berhasil menyelamatkan diri.

"Karyawan Alfamart tiga orang karena mendengar bunyi retakan, langsung berhamburan menyelamatkan diri. Jadi menyelamatkan diri," ujar Sukiman dalam laporan Kompas TV.

4. 11 korban

Total ada 11 orang yang menjadi korban gedung roboh di Slipi.

Direktur Operasional Basarnas Brigjen Budi Purnama menjelaskan lebih lengkap tentang para korban.

"Tiga orang bisa evakuasi mandiri, yang jaga toko (Alfamart). Lima orang kita evakuasi sama-sama di lantai 2," ujar Budi di lokasi kejadian.

Dengan demikian, jumlah korban yang ada di dalam gedung ada 8 orang.

Kemudian, ada korban lain yang berada di luar gedung sebanyak 3 orang. Mereka adalah pengemudi ojek online dan perempuan lanjut usia.

Baca juga: Pemprov DKI Duga Gedung di Slipi Roboh karena Konstruksi Rapuh

"Jadi selebihnya ada di luar gedung, yang ibu lansia itu ada di belakang gedung," kata Budi.

Dari 11 korban tersebut, ada 3 orang yang terluka. Saat ini, korban luka dibawa ke RS Tarakan.

Sementara itu, petugas pemadam kebakaran Sukiman menegaskan tidak ada korban jiwa.

"Dipastikan tidak ada korban, sudah (dicek) sampai ke atas menggunakan mobil tangga," kata Sukirman.

5. Dugaan penyebab roboh

Gedung yang roboh di Slipi disebut memang sudah tidak aman.

Rescuer dari Kantor SAR Jakarta Rifan Gusrianto mengatakan, terdapat genangan air di rooftop gedung.

Hal ini diduga menjadi penyebab robohnya gedung.

"Gedung ini sendiri tidak aman karena di rooftop terdapat genangan air," ujar Rifan di lokasi kejadian.

Tidak ada saluran yang menjadi tempat aliran genangan air itu. Genangan air pun rembes ke dinding di samping gedung.

Genangan air itu membuat dinding di samping gedung lapuk hingga roboh.

Sementara itu, Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta Heru Hermawanto menduga gedung roboh di Slipi itu disebabkan oleh konstruksi bangunan yang rapuh.

Heru menduga konstruksi bangunan rapuh karena dinding beton terlepas dari kerangka bangunannya.

Dinas Cipta Karya akan memeriksa penyebab bangunan yang roboh itu.

"Kami coba kaji pelajari permasalahan kenapa kok roboh. Kalau kami lihat sepintas, kualitas bangunan ini kayaknya terlalu rapuh, konstruksi rapuh," ujar Heru saat dihubungi.

Dengan adanya kejadian itu, Heru mengimbau para pemilik bangunan memerhatikan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dalam melaksanakan proyek pembangunan.

Dalam undang-undang itu diatur, pemilik bangunan harus menunjuk konsultan pengawas yang akan mengawasi kualitas bangunan yang dikerjakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com