BEKASI, KOMPAS.com - Banjir parah yang melanda Kota Bekasi, Rabu (1/1/2020) pekan lalu, menyisakan masalah yang tak kalah pelik, yakni tumpukan sampah serta timbulan lumpur yang terbawa arus sungai.
Sepekan berlalu sejak musibah itu melanda, warga dan Pemerintah Kota Bekasi masih kelimpungan mengatasi masalah itu, yaitu sampah dan lumpur.
Kompas.com mengikuti Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi saat menyusuri beberapa perumahan yang berdiri di sekitar tanggul Kali Bekasi, Senin lalu. Jarak yang ditempuh sekitar 8 kilometer.
Baca juga: Dalam 5 Hari, Volume Sampah Banjir di Bekasi Naik Hampir 100 Persen
Sepanjang itu, selain kaki yang terbenam lumpur, hidung selalu mencium aroma busuk yang bersumber sampah maupun bangkai hewan.
Rahmat juga mencium aroma busuk yang sama.
"Baunya sudah tidak enak, sudah tidak sehat," kata pria yang akrab disapa Pepen itu.
Sejumlah perumahan, seperti Pondok Mitra Lestari, Kemang Ifi Jatiasih, Komplek Angkatan Laut, dan Pondok Gede Permai sangat parah timbunan sampahnya.
Perabotan-perabotan rumah tangga yang rusak digempur banjir dibuang begitu saja oleh para pemiliknya di depan rumah. Kasur, lemari, kursi, sofa, hingga peralatan dapur menumpuk di gang-gang yang masih berlumur lumpur.
Pos timbang di TPA Sumur Batu, lokasi pembuangan akhir sampah-sampah seantero Kota Bekasi mencatat, volume sampah yang diangkut menuju TPA tersebut merangkak naik tiap harinya.
Berdasarkan data Pos Timbang TPA Sumur Batu yang diterima Kompas.com pada Selasa sore kemarin, volume sampah pada Senin lalu hampir mencapai dua kali lipat volume sampah pada hari pertama selepas banjir, yaitu Kamis pekan lalu.
Kamis, volume sampai berkisar 605 ton dan diangkut oleh 128 truk sampah. Senin, volume sampai tembus 1.110 ton, diangkut 223 truk sampah.
Baca juga: Pascabanjir, Truk Sampah Bekasi Antre Panjang di TPA Sumur Batu
Volume itu terus bertambah, karena Pemerintah Kota Bekasi memutuskan menyewa 65 truk berukuran jumbo untuk bantu mempercepat proses pengangkutan sampah dari perumahan warga.
"Truknya (hasil sewa) sudah dapat 65, punya kita ada 200-an, itu juga sudah termasuk bantuan DKI," ujar Pepen kepada wartawa, Senin.
Tak pelak, keadaan ini membuat volume sampah di TPA Sumur Batu membeludak. TPA ini sudah nyaris overkapasitas dan kini dipaksa untuk menampung timbunan sampah bekas banjir.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com di TPA Sumur Batu sejak Selasa siang hingga sore, setiap truk sampah butuh waktu lebih dari 30 menit untuk antre membuang sampah.
Pepen berniat menghubungi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, guna membahas pengangkutan sampah pascabanjir di Kota Bekasi.
"Saya akan menghubungi Pak Gubenur Anies untuk memberikan ruang di TPST Bantargebang agar sampah-sampah akibat banjir ini dapat dibuang ke sana," ujar dia, Selasa.
Timbunan sampah yang telah diangkut dari perumahan warga hingga Selasa kemarin belum seberapa.
Pasalnya, hampir 70 persen wilayah Kota Bekasi terendam banjir. Pemerintah Kota Bekasi menetapkan hingga Selasa depan atau selama masa tanggap darurat bencana persoalan sampah ini bisa teratasi.
"Ini tidak selesai seminggu. Makanya pascadampak terhadap banjir ini, saya tetapkan sampai Senin depan minimal 60 persen warga sudah bisa menikmati, sudah tidak cium-cium bau seperti itu lagi dan sehat," ujar Pepen.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Yayan Yuliana menaksir, total timbunan sampah bekas banjir yang bakal berakhir di TPA Sumur Batu bakal mencapai belasan ribu ton.
Jumlah itu diperoleh dengan asumsi, setiap hari truk sampah Pemkot Bekasi plus 65 truk sewaan sanggup mengangkut 1.500 ton sampah sehari.
Yayan menyebutkan, pengangkutan sampah banjir yang mayoritas menumpuk di perumahan warga difokuskan di titik-titik yang dilanda banjir paling parah, seperti wilayah Jatiasih.
"Kondisi banjir ini merata di semua wilayah, artinya kami tetap konsentrasi juga di setiap wilayah. Tetapi prioritas adalah yang benar-benar terparah," ujar Yayan, Senin.
Secara matematis, selama 12 hari masa tanggap darurat bencana terhitung sejak Kamis lalu Selasa depan, total ada 18.000 ton sampah imbas banjir di Kota Bekasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.