Banjir merendam sampai tingkat dua rumahnya. Erlina berujar, keadaan lumpur yang masih merendam gang membuat akses bantuan tidak dapat masuk. Sampah pun tak dapat terangkut.
Di kejauhan, seorang pria menumpuk rongsokan dan menyulutnya dengan api. Membakar sampah jadi jalan pintas di tengah lambannya gerak pemerintah memulihkan kawasan perumahan mereka.
"Orang-orang kan malas lewat sini, masuk pun susah kalau kayak gini. Sudah pada gatal-gatal," ujar Erlina.
Seorang pria paruh baya di RT 004 RW 008 yang enggan menyebutkan namanya juga mengeluhkan hal senada.
Ia mengaku sudah kelelahan membereskan lumpur yang seolah tiada habisnya.
"Capek banget, dari hari pertama surut enggak sudah-sudah," kata dia.
Kota Bekasi merupakan wilayah terparah yang terdampak banjir se-Jabodetabek pada awal tahun ini. Di Kota Bekasi, Jatiasih jadi wilayah yang paling banyak titik banjirnya, dengan PGP dan sekitarnya menjadi perumahan paling tinggi banjirnya.
RW 008 PGP disebut sebagai RW paling "luka" karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Kali Bekasi yang mengamuk.
Upaya rehabilitasi yang didengung-dengungkan Pemkot Bekasi bagaikan lelucon. Pasalnya, hanya ada satu alat berat yang beroperasi di RW 008 PGP yang dihuni lebih dari 300 keluarga itu.
"Ekskavator belum keliatan (banyak), cuma satu yang kelihatan hari ini, kemarin ada dua tapi ternyata cuma dari ujung sini. Ujung sana belum. Minim banget, dengan kondisi yang banyak sampah dan lumpur seperti itu," ujar Oonk (52), warga RT 007 RW 008 di rumahnya, Kamis sore.
"Sekarang lihat saja, got dari sini sampai ke ujung sana rata. Lumpur semua," imbuhnya.
Dari pantauan Kompas.com, sebanyak 6 RT di sana masih dipenuhi lumpur yang masuk hingga rumah warga. Selama menyusuri perumahan itu, Kompas.com hanya berjumpa dengan satu unit ekskavator.
Ekskavator tersebut pun bukan mengangkut lumpur, melainkan sekadar mendorong lumpur itu ke selokan agar akses jalan dapat terbuka.
Warga berharap, bencana lumpur itu segera teratasi dengan pengerahan alat berat dalam jumlah yang memadai.
"Jadi ya kalau bisa sih terutama alat berat, alat penyedot lumpur, damkar yang katanya akan turun. Saya sempat dengar 'nanti turun kok, Bu damkar'," ujar Oonk.
"Damkarnya enggak kecil-kecil saja agar bisa ke sini. Dia kan punya air, dia bisa semprot," imbuhnya.
Sementara itu, Irvan Nurdin (36) warga RT 003 RW 008 berharap, alat berat yang dikerahkan tidak hanya mengatasi lumpur, tetapi juga sampah.
Sebab, hanya segelintir sampah yang telah diangkut dari RW 008 8 hari sejak banjir melanda. Bau busuk sudah amat mengganggu.