BEKASI, KOMPAS.com - Sudah jatuh tertimpa tangga. Peribahasa lawas itu mungkin terngiang-ngiang di benak warga Perumahan Pondok Gede Permai PGP), Jatiasih, Kota Bekasi selepas banjir besar melanda rumah mereka pada Rabu (1/1/2020) lalu, tepat Tahun Baru 2020.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi, Perumahan Pondok Gede Permai jadi satu dari sekian perumahan yang terendam banjir setinggi 6 meter di Kecamatan Jatiasih. Jatiasih merupakan kecamatan dengan kedalaman banjir paling parah di seantero Kota Bekasi.
Setelah banjir surut satu-dua hari berselang, sebagian warga kembali ke rumah mereka yang porak-poranda. Lumpur merendam jalan dan rumah. Harta-benda ludes. Sampah pun menumpuk.
Baca juga: Derita Warga Pondok Gede Permai: Banjir 6 Meter Surut, Kini Berjibaku Hadapi Lumpur dan Sampah
Sudah begitu, segala keperluan dasar untuk keperluan rehabilitasi di perumahan itu meroket harganya.
Entah didasari motif menambang laba dengan mencekik para korban banjir, atau memang terjadi kelangkaan suplai, harga sejumlah barang jadi tak terjangkau warga.
"Hari kedua (Jumat, 3 Januari 2020) itu saya beli serokan buat bersihin lumpur. Tadinya (Kamis, 2 Januari 2020) harganya sekitar Rp 25.000, itu sudah yang paling mahal. Terus (Jumat, si pedagang) enggak mau kurang, jadi Rp 55.000," ujar Irvan Nurdin (36), warga RT 003 RW 008 PGP, Kamis sore kemarin.
Irvan menyebutkan, berbagai perlengkapan bersih-bersih seperti sapu, serokan, atau pel sudah diborong para calo. Mereka membeli banyak perlengkapan itu di agen-agen distributor, lalu menjualnya kembali secara eceran dengan harga selangit.
"Jadi, di tempat distributor/agen-agen gede itu, pedagang sudah pada beli. Mereka malah nungguin (pembeli) di parkirannya (agen distributor)," kata Irvan.
"Jadi belinya harus sama pedagang itu, sejenis calo, yang harganya, ya, jadi dua kali lipat," ujar dia.
Selain alat bebersih, harga genset listrik juga melonjak tajam. Listrik sempat padam selama 4 hari di PGP dan baru aktif kembali di sebagian RW pada hari Minggu lalu.
Namun, banyak pula rumah warga yang tak dapat teraliri listrik karena mesin tokennya rusak terendam banjir. Karena itu, listrik yang jadi kebutuhan dasar, menjadi barang langka.
Kondisi itu tak disia-siakan para pedagang buat mendongkrak harga genset sebagai satu-satunya sumber listrik di tengah padamnya listrik PLN.
"Yang punya duit ada yang beli genset. Di Bekasi itu, tahu enggak, harga genset naik semua," ujar Irvan.
"Genset-genset gede yang harganya Rp 3 juta, sampai jadi 4,5 juta," tambah pria yang juga jadi relawan banjir di PGP itu.
Pasokan listrik sama langkanya dengan air bersih. Selama listrik padam, selama itu pula rumah-rumah warga tak teraliri air bersih. Warga mengandalkan sumber pompa bertenaga listrik untuk mendapat air bersih.