TANGERANG, KOMPAS.com - Aktivis lingkungan dari Direktur Eksekutif Saba Alam Indonesia Hijau (SIAH) Pahrul Roji mengatakan akan ada risiko tinggi jika Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Kota Tangerang dipaksakan.
Sampah di TPA Rawa Kucing akan menggunung dan rawan longsor.
"Mereka bisa longsor, kalau menggunung kan bisa longsor," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (10/1/2020).
Pahrul mengatakan, risiko lainnya adalah kebakaran yang disebabkan oleh tumpukan sampah.
Selain itu, kebakaran di tempat sampah juga akan menimbulkan efek pencemaran lebih luas kepada lingkungan.
Baca juga: Pemkot Tangerang Paksa Kapasitas Rawa Kucing untuk Tampung Sampah Sisa Banjir
Itulah sebabnya, kata dia, kelebihan kapasitas di TPA Rawa Kucing harus diperhatikan dengan serius.
Risiko yang lebih berbahaya lagi adalah adanya kemungkinan ledakan yang disebabkan oleh gas metan yang dihasilkan tumpukan sampah.
"Tidak bisa kita pungkiri karena tekanan gas metan yang ada di sampah itu," kata dia.
Belum lagi, lanjut Pahrul, dampak lingkungan lainnya seperti penurunan kualitas tanah di sekitar TPA dan pencemaran sumber air tanah.
Oleh karena itu sebelum timbul korban, Pahrul meminta Pemkot Tangerang tidak memaksakan pemanfaatan TPA Rawa Kucing.
"Kita enggak munafik, kalau kita mengklaim, kalau memang over kapasitas ya akui aja. Risikonya kalau meledak, selesai," kata dia.
Baca juga: Sampah TPA Rawa Kucing Kota Tangerang Luber ke Tepi Jalan
Adapun sebelumnya, sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing luber sampai ke tepi jalan akses TPA tersebut.
Pantauan Kompas.com Jumat (10/1/2020), sampah yang membludak tersebut ditampung sampai ke tepi jalan yang digunakan truk pengangkut sampah lalu-lalang di TPA Rawa Kucing.
Setidaknya ada 20 truk sampah mengantre untuk membuang sampah di TPA tersebut.
Salah seorang pengemudi truk sampah mengatakan bahwa ia sudah menunggu 30 menit. Truknya kini ada di posisi ke-7 sebelum sampahnya dibuang.
"Setengah jam-an saya sudah nunggu," kata dia saat ditemui Kompas.com di TPA Rawa Kucing, Jumat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.