"Selama berabad-abad masyarakat Bekasi hidup dengan mengandalkan Kali Bekasi menggunakan perahu. Jalan dan rumah yang berjejer dari Bogor sampai muara Bekasi menghadap ke sungai," jelas Ali.
"Rumah dibangun di lokasi tinggi yang tak terjamah banjir. Kalau kena banjir, mereka membangun rumah panggung," imbuhnya.
Peradaban baru yang memperparah banjir
Memasuki Era Kolonial, pembangunan mulai merambah Bekasi.
Gubernur Jenderal Hindia Belanda, HW Daendels membabat lahan untuk membentangkan jalan raya Pantura Bekasi-Cirebon di awal 1800.
Akhir 1800, dibangun rel kereta api dari Manggarai ke Kedunggedeh.
"Moda transportasi mulai bergeser dr air ke jalan raya dan rel. Rumah mulai berpindah ke pinggir jalan. Jalan raya dan rel membuat jalan air terganggu, sehingga mulai banjir di sisi selatannya," urai Ali Anwar.
Kali Bekasi dan Sungai Citarum mulai kerap meluap. Lahan pertanian langganan dilanda banjir.
"Tahun 1920-an, Sungai Citarum ditanggul dan berhasil mengurangi banjir. Tapi, pada 1924, 1926, dan 1933, banjir menenggelamkan rumah, jalan raya (Batavia, Bekasi, Tambun, Cibitung, Cikarang, Lemahabang, Kedunggedeh). Rel bergeser sampai bentuknya mengombak, jembatan rusak, rumah tenggelam," Ali menjelaskan.
Baca juga: Masalah Imbas Banjir di Pondok Gede Permai Bekasi, Penanganan Lamban hingga Ditinggalkan Penghuni
Banjir Bekasi Pascakemerdekaan
Banjir besar di Bekasi pascakemerdekaan terjadi perdana pada tahun 1961.
"Sampai 200.000 warga Bekasi mengungsi. Jumlah itu mungkin separuh dari jumlah warga Bekasi kala itu," ujar Ali.
Banjir 1961 jadi permulaan penyakit-penyakit merebak pascabanjir.
Warga Kota Bekasi banyak terserang penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, seperti demam berdarah dan malaria.
Wilayah Rawalumbu, yang merupakan kawasan rawa, jadi lokasi epidemi malaria setelah banjir surut.
Tahun 1973-1984, Pemerintah Kabupaten Bekasi (saat itu Bekasi belum terbagi menjadi kota dan kabupaten seperti sekarang) merampungkan pembangunan kanal Cikarang-Bekasi-Laut (CBL) buat mengatasi masalah banjir itu.
"Setelah kanal CBL dibangun, air langsung surut, Bekasi bebas banjir. Karena CBL menyelesaikan banjir, pemerintah pede bebas banjir," kata Ali.
"Dampak lanjutannya, rawa-rawa di Kota Bekasi seperti tidak berguna lagi karena air sungai langsung menggelontor ke CBL," lanjutnya