JAKARTA, KOMPAS.com - Awal tahun 2020 ini, DKI Jakarta dilanda banjir. Gubernur DKI Jakarta saat ini Anies Baswedan mengklaim hanya 15 persen wilayah Jakarta yang terdampak banjir saat hujan deras pada 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020 itu.
Banjir ini tentu menjadi mimpi buruk warga Jakarta. Namun, cerita soal banjir bukanlah perkara baru yang dihadapi ibu kota Indonesia.
Bahkan, dalam buku yang ditulis oleh Gubernur DKI Jakarta tahun 1966-1977, Ali Sadikin menyebutkan banjir telah terjadi sejak masa penjajahan Belanda.
"Kabarnya, banjir paling besar yang terjadi di Jakarta ialah di tahun 1872, sehingga yang disebut Sluisbrug (pintu air Manggarai) itu jebol," tulis Ali dalam buku berjudul Bang Ali Demi Jakarta 1966-1977.
Baca juga: Rugi Miliaran Rupiah Gara-gara Banjir, Penyewa Mal Tuntut Ganti Rugi ke Pemprov DKI
Ali mengatakan, Zaman Pemerintahan Belanda, penduduk Batavia hanya sekitar 600.000 orang sebelum tahun 1945.
Jika dibandingkan, jumlah itu 10 kali lebih sedikit ketika Bang Ali menjabat sebagai Gubernur.
Ia menjelaskan, Pemerintah Belanda telah mewariskan upaya pembebasan Batavia dari banjir melalui pengendalian air di Banjir Kanal
Akan tetapi di saat Ali menjabat, solusi dari Pemerintah Belanda itu tidak seefektif ketika Sluisbrug pertama kali dibuat.
Pasalnya, 600.000 penduduk zaman Batavia tinggal di daerah-daerah yang letaknya lebih tinggi dari permukaan laut.
"Tempat-tempat yang dulunya tempat bangkong (kodok), sekarang dihuni oleh orang. Tentu saja akibatnya mereka yang di sana menjadi korban bajir," ujar Ali.
Baca juga: Banjir Jakarta yang Merepotkan Gubernur Ali Sadikin
Ali menegaskan, banjir tidak bisa dihindari sampai kapan pun selama Jakarta tidak membangun saluran drainase yang sempurna.
Namun, pembangunan drainase yang sempurna itu biayanya sangat mahal. Saat Ali Menjabat saja, biaya yang dibutuhkan mencapai 800 juta dollar.
Akan tetapi, Ali bukannya tidak berusaha. Ia tetap berupaya dengan melakukan pengerukan, pembuatan waduk penampung, instalasi pompa pembuangan pompa hingga normalisasi kali dengan penertiban bangunan liar.
"Penertiban Banjir Kanal ini telah mengakibatkan pemindahan bangunan liar sebanyak kurang lebih 3.000 buah pada daerah sepanjang 2,4 km pada kedua sisi kanal," ujar Ali.
Akan tetapi tanpa drainase yang sempurna, jelas bahwa Jakarta masih akan menghadapi masalah banjir baik itu banjir kiriman atau hujan dengan intensitas tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.