Uang itu pun ia juga kumpulkan untuk menyolahkan anaknya yang kini duduk di bangku sekolah kelas 1 SMP yang dikirimkannya setiap bulan.
“Ya saya yang penting kebutuhan anak sama istri terpenuhi. Kalaupun saya harus tidak makan demi kepentingan anak saya, ya saya tidak masalah,” ujar pria kelahiran Makassar itu.
Andi mengaku mencari pekerjaan di Jakarta sangat sulit. Apalagi dengan modal ijazah SD, ia hanya bisa memilih menjadi pemulung kala itu.
Meski bertahun-tahun menjadi pemulung, ia tak pernah mengeluh.
Baca juga: Sedang Berteduh, 4 Pemulung Tertimbun Gunungan Sampah, 1 Tewas
“Lagian saya mah mau jadi apalagi kalau tidak jadi pemulung, daripada saya jadi orang jahat mending jadi pemulung. Yang penting halal,” kata Andi sambil tersenyum malu.
Keluarga tak tahu pekerjaan di Jakarta
Kehidupan yang serba prihatin di Jakarta ini tidak diberitahu Andi ke keluarganya.
Sebab, ia malu dengan keluarganya di kampung.
“Saya malu sama mertua kalau saya kasih tahu kerjaan dan saya tinggal di kolong jembatan pinggir sungai gini,” ujar Andi.
Bapak satu anak ini mengatakan, keluarganya hanya tahu dirinya bekerja di Jakarta tanpa tahu pekerjaan dan tempat tinggalnya selama ini.
Ia khawatir jika memberi tahu keluarganya keadaan dirinya yang sebenarnya malah membuat istrinya cemas.
“Takutnya istri malah nyuruh saya balik ke kampung. Kalau pun saya di kampung mau kerja apa juga coba,” kata dia.
Baca juga: Warung Makan Milik Pasangan Suami Istri Pemulung Ini Jadi Inspirasi, Begini Ceritanya
Kedinginan hingga diusir satpol PP
Meski tinggal di pinggir Kali Ciliwung bukanlah juga pilihan terbaik, namun Andi mengaku nyaman tinggal di tempat ini.
Sebab dengan tinggal di pinggir kali Ciliwung, ia memiliki teman-teman yang senasib dengannya tinggal di kawasan itu.