Pada malam hari akan diberlakukan sistem satu arah dan satu lajur untuk kuliner kaki lima.
Baca juga: Dibanding Kawasan Sabang, Wakil Ketua DPRD DKI Minta Pemprov Tempatkan PKL di Thamrin 10
"Nah kami tidak mungkin bikin trotoar lagi seperti di Kramat atau di Senen yang dilebarin 5 meter 6 meter, itu kalau sudah terjadi enggak mungkin mobil parkir," kata Irwandi, Rabu.
Konsep itu belum tentu dipakai seluruhnya untuk penataan kawasan kuliner jadul tersebut.
"Konsep dari konsultan gitu, ini kan ditender di konsultan. Nah ini kan user kita belum tentu langsung pakai 100 persen," ujar dia.
Namun rencana itu mendapat protes dari pengusaha yang tergabung dalam Paguyuban Pengusaha Jalan Sabang (PPS).
Para pengusaha yang resah lalu mengadu ke DPRD DKI. Ketua PPS Ganefo Dewi Sutan menyebutkan, saat ini ada sekitar 50 pengusaha yang tergabung dalam PPS tidak setuju dengan rencana penataan itu.
"DPS didirikan 27 Desember 2019. Didirikan karena ada permasalahan yang akan kami bahas. Ada 50 pengusaha yang tidak setuju dengan peraturan yang akan dibuat," ucap Ganefo saat bertemu anggota DPRD di lantai 9, Gedung DPRD DKI, Rabu.
Anggota tim kuasa hukum PPS Nasyat mengatakan, sejumlah rencana itu bisa merugikan para pengusaha yang sudah mendirikan usaha dari tahun 1958 di Sabang.
"Pertama rencana tersebut tidak transparan karena sosialisasi tanggal 19 Desember 2019 sedangkan undangan 18 Desember dari kelurahan 2019. Dari paguyuban hanya sedikit yang menerima undangan. Kalau pun ada waktunya mepet kok, mepet sekali," kata dia.
Saat sosialisasi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Jakarta Pusat, pengusaha yang hadir mayoritas PKL, bukan pedagang atau pengusaha asli Jalan Sabang.
Menurut Nasyat, hal lain yang terasa janggal dari rencana itu adalah karena program tersebut sudah di dibahas dalam musrenbang kelurahan tahun 2018 tetapi pengusaha baru mengetahui di akhir 2019.
"Apabila sudah digulirkan dari 2019 kenapa kami tidak dilibatkan? Kami justru tahunya 19 Desember 2019. Pemkot Jakpus tidak transparan," ujar dia.
Jika penataan kawasan Sabang jadi dikerjakan termasuk revitalisasi trotoar yang akan dilebarkan, pengusaha berpendapat bahwa konsumen akan semakin sulit mencari tempat parkir.
Hal itu akan berdampak pada jumlah pengunjung yang akan menurun.
"Lalu tidak memaparkan juga analisis lalu lintasnya. Jalan Sabang itu satu arah, premis yang dibangun karena lalin macet. Lalu sekarang mau dilebarkan trotoar, apa akan tidak macet. Lalu kajian dan analisis macet tidak ada, tidak dipaparkan dalam kajian," ucap Nasyat.