TANGERANG, KOMPAS.com - Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang sejak 2016 digadang-gadang Pemerintah Kota Tangerang bakal jadi solusi pengelolaan sampah, hingga kini belum terlihat progres pembangunannya.
Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah mengatakan, harga lelang proyek yang dinilai masih tinggi menjadi kendala utama untuk memulai proyek pembangunan PLTSa.
"Susahnya itu harganya," kata dia saat ditemui Kompas.com di ruang kerjanya, di Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Kamis (16/1/2020).
Arief mengatakan, meski harga yang dipatok peserta lelang proyek PLTSa tersebut tergolong lebih murah daripada kota-kota besar lainnya, tetapi harga yang ditawarkan masih cukup tinggi bagi APBD Kota Tangerang.
Baca juga: Pemkot Bekasi Optimistis PLTSa Sumur Batu Beroperasi 2020
"Kami sudah lebih murah (dibanding) Jakarta. Rp 320.000 per ton (sampah), (dibandingkan) Surabaya juga lebih murah. Tapi kami ingin tekan lagi, karena melihat jangan 320 per ton, tapi 320.000 kali 1.400 ton kali 365 hari. Kurang lebih Rp 180 miliar per tahun," kata dia.
Untuk itu, lanjut Arief, proyek PLTSa masih terus dilelang hingga dirasa sudah tidak membebani APBD, meski pada kenyataannya pembangunan ditargetkan mulai berjalan sejak 2019, seperti yang diumumkan melalui situs web Pemerintah Kota Tangerang.
"Kan saya semangatnya enggak ingin membebani masyarakat. Kalau bisa hemat, ngapain kami bebani," kata dia.
Arief mengatakan, PLTSa merupakan salah satu solusi jangka menengah yang direncanakan Pemkot Tangerang ketika Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing tak bisa lagi menampung sampah.
Baca juga: PLTSa Sumur Batu Gagal Hasilkan Listrik
Direktur PT TNG Nanang Hermawan mengatakan, pengelolaan sampah menjadi listrik di PLTSa akan memanfaatkan teknologi insenerator.
Nantinya, kata Nanang, lokasi pengelolaan akan terpisah dari TPA Rawa Kucing yang menjadi penyuplai bahan utamanya.
"Lahannya dibutuhkan sekitar 4-5 hektar potensinya bisa di Jatiuwung atau lokasi lainnya yang disesuaikan dengan tata ruang kota. Jika sudah beroperasi PLTSa mampu menghasilkan 12-20 megawatt dengan perkiraan sampah per harinya mencapai 2.000 ton," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.